sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Jumat, 29 Mei 2015

Pilih Guru atau Dokter?



“Mas kamu kan cerdas kalau diterima di fakultas kedokteran dan STKIP pilih yang mana?”

Diatas adalah salah satu pertanyaan yang diajukan Penguji, Tim Seleksi Masuk STKIP Al Hikmah. Insya’allah banyak orang pada tahu keputusan untuk memilih kuliah dimana. Untuk memilih kuliah di keguruan membutuhkan minat dan komitmen sebagai guru. Bila tidak berminat, maka akan jadi bukan guru beneran tapi guru kesasar. Ya smoga tidak kesasar kepada keburukan tapi kebaikan.


Guru adalah profesi yang memang kurang diminati. Karna gaji kecil, tidak bisa kaya dan tidak menjanjikan. Itulah beberapa alasan yang sering saya dengar. Bahkan ada ledekan, dulu kalau orangtua punya anak perempuan yang masih perawan tidak menurut maka mereka mengancam akan kawinkan dengan guru. Wah, wah jadi horror!

Ada nasehat dari Prof.Dr.Mohammad Nuh Mendiknas periode 2009-2014 kepada para calon guru pejuang STKIP Al Hikmah Jum’at, 29 Mei 2015 tentang kemulyaan seorang GURU. Asal kata guru dapat saya kutipkan dari http://en.wikipedia.org/wiki/Guru
A traditional etymology of the term "guru" is based on the interplay between darkness and light. The guru is seen as the one who "dispels the darkness of ignorance."[Note 2][Note 3][9] In some texts it is described that the syllables gu (गु) and ru (रु) stand for darkness and light, respectively.[Note 4]


Jadi guru adalah dari gabungan kegelapan(darkness) dan menghancurkan(light/to destroy). Artinya menghancurkan kegelapan (menghalau kebodohan). Guru berarti sebagai penerang dalam kegelapan. Atau… lampu. Maka sosok guru seharusnya menjadi inspirasi buat murid-muridnya. Bila jadi penerang maka dimana letaknya? Di bawah, di samping atau di atas? Kalau ingin mendapatkan penerangan yang luas diletakan di atas. Tapi semakin keatas semakin kecil penerangannya. Untuk meningkatkan jangkauannya dan terangnya tambahlah DAYANYA. Guru yang sempurna adalah cerdas dan berakhlak mulia. Bila dia 2 maka dikuadratkan jadi 4, jika 32 maka jadi 9, bagaimana jika 102 maka akan menjadi 100. Semakin kualitas diri meningkat akan berlipat pula pengaruh dan manfaatnya.

Seorang guru cerdas tidaklah cukup. Tapi guru cerdas dan berakhlak mulia jauh lebih baik. Atau sebaliknya juga tidak diinginkan guru berakhlak mulia saja tapi tidak cerdas. Ya jangan sampailah. Bagaimana murid-muridnya nanti? Usaha yang harus diraih seorang guru adalah punya logika yang baik(cerdas), beretika dan berestetika. SEMPURNA. Tentu orangtua aman dan senang sekali kalau diajar guru tersebut.
Saat ini yang sudah banyak hilang dari sosok guru adalah keteladanan dan hubungan emosional. Tugas guru bukan hanya urusan mengajar saja tapi bagaimana ikatannya dihubungan dengan Yang Maha Pemilik dari segalanya, Allah SWT. Bagaimana seorang guru harus membangunnya?

Jadilah sosok pribadi-pribadi yang baik(ucapan, sikap & tindakan)
Dekat secara personal dengan murid-muridnya
Doakan masing-masing murid saat sholat tahajud(ajak mereka untuk saling mendoakan)

Pilihan kedua profesi di atas, Guru maupun Dokter yang silakan saja. Jika pilih guru sebagai perjuangan hidup meraih kemulyaan ya jalankan sebagaimana uraian di atas. Tapi bila dokter menjadi pilihan profesi pesannya adalah luruskan niat (jangan senang kalau orang sakit=banyak rezeki), bukan materi semata-mata yang dicari, dan menjadi dokter yang da’i. Insya’allah kedua profesi tersebut sama-sama mengantarkan menuju surga.Amiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar