sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Senin, 04 Mei 2015

Guru Cerdas Murid Malas



Ada asumsi:
“Guru cerdas seringkali tidak telaten dan gati (sabar, perhatian & peduli) membimbing anak”
“Guru kurang cerdas lebih telaten dan gati membimbing anak”
Pengalaman(bukan penelitian):
“Guru cerdas telaten dan gati(sabar, perhatian & peduli) 10%”
“Guru cerdas kurang telaten dan gati(sabar, perhatian & peduli) 50%”
“Guru cerdas agak telaten dan gati(sabar, perhatian & peduli) 40%”
Guru Ideal:
“Guru cerdas dan terampil mendidik”


Berdasarkan asumsi, pengalaman dan harapan(mimpi) mendapatkan guru ideal tidaklah mudah. Meskipun tidak menutup peluang untuk mendapatkan guru ideal tersebut. Gambaran guru cerdas dan terampil mendidik dapat diuraikan seperti berikut ini.
Guru Cerdas

  • Menguasai materi: konsep dasar & konsep terkembang serta integrative nilai-nilai
  • Terampil menyelesaikan persoalan dengan cepat
  • Kreatif dalam mengajar
  • Mampu menjelaskan secara analitis, kronologis dan logis

Guru Terampil mendidik(telaten & gati)

  • Mempunyai mimpi yang kuat anak berkarakter
  • Memiliki figure pendidik teladan(patut dicontoh)
  • Sensitif terhadap pelanggaran moral(akhlak)
  • Tegas dalam menegakan moral(akhlak)
  • Sabar dan telaten mendidik
  • Membimbing sampai berhasil

Mempertimbangkan beberapa uraian antara guru cerdas dan terampil, maka upaya untuk memperbanyaknya dengan beberapa strategi berikut.

Pertimbangan
Murid yang sering menjadi perhatian guru di kelas antara upper(20%), middle(60%) dan below(20%) porsinya lebih banyak yang middle(60%). Sehingga kelompok upper sering bekerja sendiri tidak ada bimbingan dan arahan khusus. Demikian juga kelompok below tidak terbimbing dengan tuntas karena membutuhkan waktu lebih lama, sehingga tidak mungkin selesai di kelas.

Oleh karena itu strategi yang dapat dilakukan untuk memperoleh guru yang ideal atau agak ideal adalah:
Strategi 1(pembinaan rutin)
Mencari guru cerdas kemudian dibimbing dalam mendidik murid. Dalam hal ini kelemahan mendidik agak dikesampingkan tapi dibantu dengan magangkan/tutor sebaya dengan guru yang kuat di karakter.
Strategi 2(asistensi)
Guru cerdas dibantu guru bantu(asisten) untuk menguatkan karakter murid-murid.
Strategi 3(perpaduan)
Guru yang cerdas kurang terampil mendidik ditempatkan pada kelas-kelas yang sudah matang karakternya. Atau guru yang kurang cerdas terampil mendidik ditempatkan pada kelas-kelas yang karakternya belum matang.

Pola menempatkan guru cerdas pada murid malas (kurang matang karakternya) haruslah hati-hati. Seringkali banyak murid karakternya semakin tidak terlayani dan terbimbing dengan baik. Karakter yang tidak tumbuh dengan baik jauh berbahaya di masa depan dibandingkan dengan murid kurang cerdas tapi akhlaknya baik.

Tulisan ini tidak bermaksud mempertentangkan antara kelompok guru cerdas dan guru terampil mendidik. Dunia pendidikan merupakan dunia yang terus tumbuh seiring tuntutan zaman. Harapan dari proses pendidikan adalah anak mencapai perkembangan yang optimal baik kecerdasan maupun karakternya. Untuk memenuhi keduanya di lapangan sering terjadi kesenjangan-idealis dan pragmatis tidak sejalan. Masalah ini muncul karena SDM tidak sempurna sebagaimana harapan. Maka penting bagi top manajemen membuat desain yang tepat agar harapan sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar