sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Jumat, 13 Desember 2013

Nasehat Buat Anak-Anakku(2)



Perjalanan hidup manusia tidak musti selalu sama dengan harapan dirinya. Sesuatu yang diharapkan ternyata “tidak cocok” bahkan begitu berbeda. Bila seseorang percaya sama yang di atas, Allah SWT maka itu takdir yang terbaik. Allah tidak memberikan keburukan kepada hamba, kecuali kedustaan pada kebenaran. Rahmat Allah mendahului murka-Nya. Sangat besar kasih sayang Allah pada manusia sehingga orang-orang yang berdosa masih diberi kesempatan untuk bertobat. Dan kemudian manusia menjalankan ibadah dan kebaikan untuk bekal akherat.

Sewaktu berangkat ke kantor anak ke-2ku agak kurang senang. Nampak di wajah ada masalah yang mengganjal.  Dalam satu bulan ini dia telah memasuki dunia kerja berbekal ijazah SMK. Beberapa tempat telah dimasuki lamaran kerja, berharap bisa segera diterima kerja. Namun, dari sekian tempat yang diajukan lamaran ada 1 yang sudah siap menerima dan baru berikutnya 1 perusahaan percetakan. Dalam kebimbangan antara 1 tempat kerja yang telah menerima terlebih dulu dengan perusahaan yang menerima kemudian. Dia menganggap tempat kerja yang terakhir menerima lamarannya “lebih baik”.

“Ada apa kok kelihatan tidak senang?”tanya saya ingin tahu.
“Bapak tahu kalau mengurus SKCK?”balik anakku bertanya.
“Ya tahu tempatnya.”jawabku singkat. Kemudian saya melanjutkan pertanyaan untuk menggali tempat kerja yang saat ini sudah dijalani selama sebulan.
“Memangnya ada apa di tempat kerjamu?”tanya saya.
“Bos suka marah-marah sama karyawan, ditambah ada karyawan yang tidak suka sama aku!”jawab anakku.
“Ya sabar aja mbak. Itulah dunia kerja. Kalau bos tidak berkenan atas hasil kerja pegawainya bisa menjadi pemicu marah.”komentar saya.
“Tapi malu. Memarahinya di depan pembeli!”jawab anak saya kesal.

Protes anak saya ditumpahkan kepada saya dengan mempertanyakan bahwa, orang yang sudah pernah pergi ke tanah suci kalau ngomong kok tidak punya sopan santun. Bila karyawan ada kekeliruan sebenarnya bisa dipanggil dan dibimbing bagaimana sebaiknya.

Kemudian …

“Sudah gajian dong, Mbak?”goda saya.
“Sudah, Pak…! Katanya bos jangan bilang-bilang kalau gajinya berbeda.”terangnya.
“Enak dong?”jawab saya.
“Tapi aku enggak senang ada 1 teman karyawan yang sikapnya kurang baik.”jawab anak saya.

Dari percakapan itu saya mencoba untuk memberi wawasan yang semoga menjadi perilaku yang terus dilakukan. Sikap senang dan tidak senang terhadap diri kita selalu akan ada. Tapi, yang menjadi catatan buat diri kita adalah tetap berbuat baik meskipun yang bersangkutan kurang baik. Berdoa semoga sadar dan berubah menjadi yang lebih baik. Selanjutnya saya bercerita tentang sebuah kisah seorang raja.

Ada seorang raja yang gagah perkasa ingin gambar dirinya terpampang di setiap sudut tempat yang strategis. Namun, raja ini hanya mempunyai satu mata. Dipanggilah jago-jago lukis di kerajaan untuk menggambar raja. Giliran pelukis yang pertama, melukis wajah raja yang sebagus wajah aslinya. Ketika hasil lukisan pelukis pertama ditunjukkan pada raja marah sekali. Kemarahan raja kepada pelukis pertama ini karena telah melukis wajah dengan hanya satu mata. Didatangkan lagi pelukis yang kedua, dengan harapan hasil lukisan lebih baik dan raja senang. Pelukis kedua mencoba memperbaiki kesalahan pelukis pertama yang melukis wajah raja dengan satu mata. Ternyata hasil lukisan pelukis yang kedua juga menjadikan raja semakin marah, karena raja merasa dihina dengan lukisan menambah raja punya 2 mata. Para pembantu raja menjadi kebingungan bagaimana selanjutnya menyelesaikan tugas melukis wajah raja. Dipanggil pelukis yang ketiga, yang menggali pengalaman pelukis sebelumnya dan kesenangan raja.

Ternyata raja suka berburu binatang di hutan. Karenanya pelukis ketiga ini pergi ke pasar untuk membeli busur dan anak panah. Raja diminta sama pelukis yang ketiga untuk berpose layaknya berburu di hutan lalu dilukis. Hasil lukisan diserahkan kepada raja. Ternyata raja tidak marah bahkan senang dilukis saat berburu. Mengapa? Lukisan wajah raja dengan satu mata dianggap wajar karena semua orang yang mau melepas busur panah pasti menggunakan satu mata.

Belajar dari cerita di atas anakku...
Kamu perlu berkata dan berperilaku yang baik dan bijaksana, agar orang lain yang tidak baik menjadi baik. Kamu sudah berkontribusi menebar virus-virus kebaikan. 

Nasehat Buat Anak-Anakku(1)



Beban berat terasa di lidah untuk menyampaikan nasehat. Nasehat seorang bapak kepada anak-anaknya. Ketiga anak perempuan yang saat ini tumbuh menjadi remaja dan menuju dewasa. Momen yang tepat, cair pembicaraan, tidak terlalu menggurui, dan tidak mendoktrin tapi sampai maksudnya. Saat seperti itu yang dalam beberapa hari saya panjatkan pada Allah. Menunggu dan menunggu… Kapan?

Saat mengantar anak ketiga ke sekolah tiba-tiba dia membuka pembicaraan . . .
“Bapak, semalam ada kecelakaan di jalan Karpil”. Celetuk anakku mengawali.
“Oh, ya! Di sebelah mana?”kejarku.
“Itu dekat pasar! Meninggal. Wong dikasih koran tubuhnya.”jelas anakku.

Saya mencoba diam sejenak tidak melanjutkan pertanyaan… tiba-tiba dia melanjutkan.
“Yang meninggal perempuan, kelihatannya terlindas truk trailer. Kasihan…”ibanya.
Kemudian saya menceritakan beberapa perilaku  anak remaja dan dewasa yang ceroboh berkendaraan. Bersepeda motor kebut-kebutan, zig-zag menyalip kendaraan, menyalip di sebelah kiri ugal-ugalan, tanpa helm, dan belok tanpa memberi tanda. Itu semua perilaku ceroboh. Bukan hanya ceroboh berakibat bagi dirinya saja tapi juga orang lain. Pengendara yang bertanggungjawab adalah orang yang berkendara mengikuti aturan lalu lintas, selalu menjaga keselamatan diri dan orang lain, dan bila terjadi kecelakaan tidak melarikan diri. Lalu …

“Bagaimana dengan kamu?”tanya saya ingin tahu.
“Ya enggak gitu!” tegasnya.
“Masa? Benar begitu?”jawab saya agak kurang percaya.
“Kadang-kadang.”jawab anak saya singkat.
“Janganlah kamu tiru perilaku yang seperti itu. Tidak baik!”tegas saya.

Memang kalau kita perhatikan banyak orang di sekitar kita tidak mau bertanggungjawab, padahal mereka pelakunya. Contoh perilaku tidak bertanggungjawab selain berkendaraan adalah orang yang membuang sampah sembarangan dan pergaulan bebas. Kedua masalah tersebut menjadi penyakit yang terus berkembangbiak seiring kemajuan zaman yang serba konsumtif dan hidonis.

Beberapa kali saya menjumpai orang yang membuang sampah di pinggir jalan, dan bukan di tempat sampah. Bahkan suami istri naik sepeda motor lalu membuang sampah ke sungai tanpa merasa bersalah! Dalam hati saya bertanya lalu siapa yang akan membuang sampah ke TPA? Demikian juga orang yang membuang sampah ke sungai apakah mereka merasa aman kalau sampah sudah dibuang di sungai. Selesai masalah! Toh bila ada masalah biar orang lain saja yang kena, asal dirinya tidak. Sikap individualis sebenarnya bukan sifat asli orang Indonesia, yang katanya ramah dan peduli. Lalu  mengapa demikian? Itu pertanyaan yang kita semua perlu tahu apa penyebabnya.

Demikian juga pergaulan bebas antara laki dan perempuan tanpa ada rasa malu, risih, salah, dan berdosa. Bahkan ada alasan suka sama suka atau karena pacar, seakan-akan bebas melakukan apa saja. Sehingga akhir-akhir ini banyak berita yang kita dengar dan saksikan pelecehan seksual, photo mesum terjadi mulai anak-anak hingga pejabat. Bila ditelusuri mereka adalah orang beragama. Tapi mengapa kok tidak mencerminkan sebagai orang-orang beragama? Apakah agama hanya di tempat-tempat ibadah saja? Di luar tidak perlu! Dan apakah mereka merasa Tuhan tidak melihatnya? Naudzubillah min dzalik! Ini bentuk-bentuk perilaku yang tidak bertanggungjawab baik kepada Tuhan, orangtua, dan masyarakat. Ada seorang Kyai yang bilang perilaku tersebut seperti codot(=kelelawar) yang mau enaknya sendiri.

Sebagai orangtua, kita semua berkewajiban mendidik, membimbing, mengarahkan, dan mengingatkan anak-anak untuk berperilaku yang bertanggungjawab,  baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
“Kamu dapat menghindar dari tanggungjawab saat ini, tapi tidak untuk besok”
                                                                                                                 -hrm

Rabu, 11 Desember 2013

Gelitik Stiker Sukses



Sukses itu butuh duit! Itu bunyi tulisan kecil (stiker) menempel di slebor belakang sepeda motor. Sejenak saya tercenung seper sekian detik di belakangnya. Benarkah pernyataan tersebut? Sukses semua orang pasti ingin suskes. Dijamin 1.000% benar! Eh 1.500% benar! Walaupun kata pakar bahasa enggak ada itu 1.000%, 1.500% yang ada 100%! Maaf, kalau saya ikut-ikut latah. Memang untuk meyakinkan orang lain terhadap apa yang dikatakan maupun yang dilakukan benar atau tidak benar, kata-kata diatas senjatanya. Rupanya yakin dan menyakinkan supaya apa yang dikatakan “benar” sudah menjadi gaya bahasa ataupun tabiat manusia. Ingat kisah Nabi Yusuf a.s, ayahnya Ya’qub, dan saudara-saudaranya. Untuk menutupi kejahatan mereka datang ke ayahnya dengan pura-pura menangis, membuat alibi, memperkuat alibinya, dan menunjukan bukti rekayasanya baju berlumuran darah.

Qs.12.16. Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis.

Qs.12.17. Mereka berkata: "Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar."

Qs.12.18. Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku[746]). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan."

Selanjutnya yang seringkali orang tidak setuju sukses butuh duit! Butuh investasi. Uang, tenaga, waktu, dan pikiran. Bahkan kehandalan menerima ketidaknyamanan, kritikan, hinaan, dan ke-nelangsa-an. Jalan panjang ini yang akhirnya menyeleksi siapa yang bisa sampai finis. Selama apa yang dilakukan nawaitu-nya karena Allah insyallah benar dan selamat dunia dan akherat. Belajar dari tokoh dunia saat ini yang baru saja dipanggil Sang Pencipta Nelson Mandela.

“Resentment is like drinking poison and then hoping it will kill your enemies”
-Nelson Mandela dikutip dari Bigfish Presentations

Berkaitan dengan tema tulisan singkat ini Mandela menyatakan:

“Do not judge me by my successes, judge me by how many times I fell down and got back up again”

“Action without vision is only passing time, vision without action is merely day dreaming, but vision and action can change the world”

Semoga investasi kita untuk dunia dan akherat akan meraih kesuksesan nanti. Bahagia di dunia dan bahagia di surga.