sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Jumat, 15 Mei 2015

Belajar dari

Pak Dul



Pak Dul demikian panggilan akrab dari Abdul Syukur, Pak Tuwek yang pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang becak. Tukang becak sih banyak, tapi yang ini berbeda. Salah satu perbedaan dari Pak Dul adalah gemar tambal lubang jalan saat tengah malam. Wiiih, keren! Mas, mas gitu aja kerennn, kalau keren itu nampang di tipi, nunjukin mobil mewahnya yang berjajar-jajar, rumah mewah berharga milyaran, dan istri cantik…? Emang kalau udah gitu dapet pelajaran apa??? Ya…pameran gratis! O… ahhh endak bahas itu biarlah mereka memang suka gitu! Ini belajar dari Pak Dul, si Tukang becak.


“Sudah ya Pak Dul, ndak usah begitu lagi. Bapak istirahat saja”. Tri Rismaharini, Walikota Surabaya

Itulah kutipan dari Jawa Pos terbitan, Jum’at, 15 Mei 2015. Kata-kata itu muncul saat Pak Dul alias Abdul Syukur diundang Bu wali di rumah dinasnya jalan Sedap Malam. Dari berita yang diturunkan menunjukan bahwa Pak Dul ini orang yang sederhana dan tidak neko-neko. Keluguan dan kesederhanaannya menjadikan Bu Wali ingin membangunkan rumahnya meskipun ditolaknya dengan halus. “Ndak usah, Bu. Sampun sae omah kula.”katanya.

Sering kita semua jumpai, pengguna jalan temui lubang-lubang jalan yang seakan-akan dibiarkan menghiasi. Kendaraan memperlambat, menepi mencari jalan yang tak berlobang dan ambil jalur sebaliknya agar tidak terperosok! Yang jadi pertanyaan: Apa tidak tahu? Apa tidak ada biaya? Atau apa baru ada korban kecelakaan baru diperbaiki? Atau apalah-apalah lagi… mudah-mudah para pemangku jabatan dan yang bertanggungjawab punya cara jitu mengatasi kerusakan jalan seperti itu. Keterpanggilan hati Pak Dul untuk menambal lubang jalan sungguh mulia. Harapannya tentu jalan lancar dan tidak timbul kecelakaan. Ia telah membantu sesamanya selamat dari bahaya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Apa yang dilakukan Pak Dul ini kecil tapi manfaat buat orang banyak. Sementara yang punya kekuasaan dan punya wewenang tidak berbuat lalu siapa yang berbuat? Ya akhirnya kembali ke masyarakat. Jika yang berwenang kurang tanggap tentang kondisi seperti itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan:
1.Lapori atau datangi yang berwenang tentang kondisi jalan.
2.Usulkan pemerintah bentuk satgas keliling tutup lubang jalan
3.Email dan kirim via medsos
4.Bentuk komunitas “Tutup Lubang Jalan”
5.RT dan RW menggerakan warga tutup lubang jalan.
6.Jika mampu, sedekah semen untuk tutup lubang jalan.

Jalan yang terganggu menjadi perhatian agama karena menyangkut hajat orang banyak. Pesan yang perlu diperhatikan adalah janganlah kita suka menutup jalan untuk hajatan atau kepentingan pribadi ataupun kelompok, sehingga orang lain terganggu karenanya. Nabi minta supaya Disingkirkan!

Ada sahabat Nabi yang sangat berhati-hati dan teguh emban amanah, yaitu Umar bin Khattab. Berikut ungkapan yang pernah Beliau sampaikan:
"Demi Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di hari kiamat." ungkap Umar bin Khattab Khawatir.

Bila diperhatikan,apakah artinya seekor keledai,hewan yang dianggap melambangkan kedunguan dan kebodohan itu?  Bagaimana dengan hewan lain yang lebih mulia? Bagaimana pula seandainya yang jatuh itu adalah manusia?  Demikian kekhawatiran Umar ra. sampai hewanpun menjadikan penyebab takut adzab Allah SWT. Bagaimana dengan para pejabat kita? Belajar pada kemulyaan hati Pak Dul si Tukang becak ternyata praktek dari wasiat Nabi Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar