sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Jumat, 10 April 2015

Anakku…



Bingung. Apa yang dibingungkan bagi orangtua saat seperti ini kalau bukan cari sekolah? Sekolah-sekolah swasta -lebih awal- membuka pendaftaran, sejak bulan Januari. Mau tidak mau orangtua harus mencari sekolah yang sesuai antara isi dompet sama kualitas yang ditawarkan. Kalau isi dompet tidak mencukupi ya di sekolah negeri yang tidak mbayar(=mbayar tapi tidak terlalu mahal). Atau kalau sekolah swasta yang membayar uang masuknya dapat diangsur.  Tapi memang sebenarnya “wajar” bagi sekolah swasta karena biaya operasional sepenuhnya didapat dari SPP(sumbangan wali murid). Sekolah baik dan dengan fasilitas yang baik ketemunya bayar tetap mahal, pasti! Bagi orangtua yang pas-pasan jadi bingung. Maksudnya pas enggak ada biaya.wkwk.



Memilih sekolah yang sesuai jadi gampang-gampang susah. Banyak gampangnya bila sudah ketemu antara kemauan orangtua dan kemauan anak. Cocok! Susah kalau kemauan anak belum bisa dituruti. Jadi ngambek. Mbek! Tidak mau sekolah begitu ancamannya. Jadi orangtua kelabakan dibuatnya.


Saya teringat saat mencari sekolah anak saya yang pertama dan yang keempat. Anak pertama saya kala belum UN pernah saya tanya apakah kira-kira target nilai UN sampai diatas 30? Selanjutnya dia menjawab bisa tercapai katanya. Bismillah saya percaya dia akan sungguh-sungguh mencapai ekspektasi nilai UN diatas 30. Selanjutnya saya beri penjelasan bahwa jika hasil UN-nya totalnya bisa diatas 30 maka untuk mencari sekolah negeri lebih mudah.


Setelah hasil UN diumumkan nilai yang dicapai anak saya bukan diatas 30. Sangat sulit untuk bersaing dengan murid lain yang mendapat nilai UN diatas 30 meskipun belum tentu jujur mendapatkannya. Akhirnya sebagai orangtua sibuk kesana kemari mencari sekolah yang cocok. Pencarian saya sampai ke Malang, meskipun akhirnya tidak jadi dijalani. Memburu sekolah lain yang ada di Pacet Mojokerto. Pertimbangan waktu itu adalah sekolah yang dituju ini para lulusannya banyak diterima di universitas-universitas negeri, sehingga meskipun nilai UN saat ini tidak terlalu tinggi mudah-mudahan nanti diterima PTN. 

Alhamdulillah anak pertama saya sekarang sudah semester akhir di PTN di Malang. Ambil jurusan elektro. Teringat waktu anak saya pondokan di luar kota, Pacet Mojokerto pernah mengeluh kalau dirinya sekolah itu “dibuang”-jauh dari rumah- sementara adik-adiknya sekolah di Surabaya. Saya berpikir tidak apa-apa…, toh nanti ia akan tahu jawabannya mengapa ortunya memaksa demikian.

+++


Anak saya yang keempat lain lagi. Ia ingin mondok saja. Sementara saya agak kurang setuju berkenaan dengan biaya. Lagi banyak bon! Ehehe. Lebih baik tidak sekolah aja kalau tidak mondok begitu kurang lebih jawaban anak saya. Duh!?Ibunya ikut nimbrung nggondok juga.Ha!bahaya ini. Singkat cerita saya dapat jalan dengan bantuan teman anak saya bisa sekolah sekaligus mondok(boarding school). Target sekolah ini 6 juz hafal Qur’an selama 3 tahun. Namun dalam perjalanan di tiga bulan awal semester sungguh menjadi masa kritis. Mengapa? Kemauan yang besar untuk mondok lenyak dengan ketakutan target hafalan bulan Juli sampai Desember harus juz 30 tuntas. Padahal dia sama sekali belum memiliki hafalan.


Setiap berangkat ke pesantren setelah libur akhir bulan pasti malas untuk kembali. Ada saja alasan yang dikemukakan. Saya dan istri sering menghibur dan mengajak jalan-jalan dulu sebelum berangkat ke pesantren. Ada yang paling berkesan ketika akan saya dan istri antar ke pondoknya yaitu dia menggambar di papan tulis ruang tamu dengan gambar diri yang memegang jeruji besi tertulis “Saya Dipenjara Selama 3 Tahun”.


Alhamdulillah sekarang anak saya sudah hafal sesuai dengan target dari sekolahnya. Dan saat ini mencari pesantren yang cocok untuk melanjutkan tahfidz hingga 30 juz.

Upaya sudah saya lakukan dengan daftar di pesantren daerah Sragen. Inipun atas referensi teman anak saya. Namun ini juga belum pasti kemana pilihan sekolah yang sesuai anakku…


Jika ada beasiswa …


Ada beasiswa 100% selama 4 tahun. Gratis. Gratis…? Ya! STKIP Al Hikmah Surabaya S1 dan hafal 10 juz minimal. Bahasa Inggris dan Matematika. Bukankah itu untuk lulusan SMA? Bagi lulusan SMA tahun ini segera saja keburu ditutup 27 April 2015!

Anak saya lulusan SMP. Masih adakah nanti pada tahun ke-4? Geleng kepala…

+++


Sekarang saya harus cari beasiswa …

Lha, kayaknya ini yang saya cari, alamat link di website. Akhirnya ketemu program dari Depag beasiswa tahfidz Qur’an 30 juz. Semoga ini jalan yang Allah SWT berikan pada anak saya amiiin.


Orangtua haruslah mewariskan generasi yang kuat, terutama agamanya sebagaimana firman-Nya:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”(QS.an-Nisa’(4).9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar