sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Rabu, 25 Maret 2015

Jangan Biasakan Merengek!



“Aduh susah! Tolong dong? “ Saya tidak bisa.” Ucapan ini sering dikeluhkan saat mendapat kesulitan.

Kita prehatin mendengar berita ayah dan anak tewas lantaran bunuh diri beberapa hari yang lalu. Gara-gara hak asuh anak dimenangkan oleh ibunya. Gagalnya usaha memperoleh hak asuh membuat nekat sang Ayah membawa anaknya dan memaksanya menabrakan diri ke kereta yang sedang lewat. Tragis. Apakah hal seperti ini menjadi satu-satunya alternative dalam menyelesaikan sebuah persoalan?

BANJARMASINPOST.CO.ID - Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta, Komisaris Besar Polisi Ahmad Luthfi, mengatakan, ayah korban kecelakaan kereta api (KA) di rel sebelah barat palang perlintasan Badran KM.100 Gremet Manahan Banjarsari, Solo, menjadi tersangka.


Sang ayah itu bernama Oktavianus Cahyo Saputro (35), warga Tegalsari lor RT 004/02 Ngabeyan Kartasura Sukoharjo. Dia nekat mengakhiri hidup bersama anaknya, Santa Maria Claudia (8), pada pukul 22.00 WIB Jumat (20/3). Keduanya --ayah dan anak-- itu tewas.


Dalam sebuah kajian saya sempat sampaikan bahwa setiap umat memiliki ajal. Dimana ajal tidak dapat dimajukan waktunya ataupun diundurkan.(QS.10.49) Menurut saya ada ajal yang bisa dipilih dan tidak dipilih semua dalam takdir Allah SWT. Sebutlah contohnya sebagaimana berikut:

Pertama, ada persoalan berat yang menimpa diri, sementara di depannya ada senjata laras pendek yang siap ditembakan.  Antara menembak kepala sendiri atau tidak adalah pilihan. Hidup dan mati seperti ini masih bisa memilih apakah takdir baik atau takdir buruk.

Kedua, ada sebuah kejadian penumpang yang berada dalam kabin pesawat sangat panik. Ketika  pesawat dalam kondisi mesin mati dan badan pesawat terus menukik ke bawah tanpa mampu dikendalikan pilot. Ketinggian pesawat terus drop meluncur dengan kecepatan tinggi. Pesawat yang berbobot ratusan ton akan meledak dan hancur! Bagi para penumpang tidak ada pilihan lain kecuali berpasrah kepada-Nya.

Dalam kehidupan ini manusia yang percaya akan akherat hanya berpegang pada agama dan sunatullah. Yaitu agama yang member tuntunan bagaimana hidup menurut cara-cara yang diridloi Allah. Dan sunatullah merupakan hukum yang Allah sudah tetapkan di muka bumi ini, seperti  orang yang menembak kepalanya dengan senjata api. Sunatullahnya pasti mati. Menabrakan diri pada kereta yang jalan sunatullahnya juga mati. Dan contoh-contoh lainnya yang semakna dengan ini.

Pelajaran yang dapat diambil dari uraian ini adalah selama Allah masih memberi kesempatan hidup pada kita, maka janganlah gampang merengek, mengeluh, berputus asa, bahkan mengakhiri hidup. Naudzubillah mindzalik! Usaha seyogyanya terus dilakukan selama kita mempunyai keyakinan(iman) Allah Maha Penolong.

Prof. Guy Claxton penemu Building Learning Power justru anak-anak diberi “Stuck” agar mereka mampu mencari jalan keluar. Ingatlah bahwa mendapat kelulitan, kesusahan, dan kesengsaraan bukanlah kiamat. Belum! Justru dari kondisi seperti ini Allah melipatkan kemampuan baik fisik maupun mental.

Manusia adalah makhluk yang suka mengeluh.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.”QS.70.19
Orang-orang yang beriman memiliki kekuatan dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sangat besar, karena yakin pada Allah SWT.

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”QS.2.153

Tidak ada komentar:

Posting Komentar