sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Minggu, 27 September 2015

Mas Daya Juangmu mana?(3 habis)



Tekun
Anak cerdas yang memiliki otak encer telah diberi oleh Allah kemudahan mampu berpikir cemerlang. Sunatullahnya anak yang cerdas adalah mudah menerima pelajaran dan mampu menjawab soal-soal yang sulit. Namun tidak setiap anak mendapat karunia seperti itu. Bagaimana dengan anak yang tidak memiliki kecerdasan di atas rata-rata? Apa selalu akan memperoleh kegagalan? Kalau mendapat kegagalan musti tapi kalau selalu belum tentu. Kenapa? Pantang menyerah dan tekun harus menjadi menu santapan setiap hari. Agar badan dan jiwa jauh lebih kuat melampaui kecerdasan otak yang kurang encer. Insya’allah itu semua akan tertutupi. Bukankah Albert Enstain yang katanya genius itu hanya 10% saja kemampuan otaknya yang digunakan?


Saya pernah mempunyai anak didik yang secara potensi ia tidaklah tinggi tapi sikap belajar dan ketekunannya yang luar biasa. Untuk urusan membaca tidak perlu dipertanyakan lagi, itu adalah makanan sehari-hari. Pernah suatu hari saya memberi tantangan kepada anak-anak. Yaitu kalau ada sebuah pengertian atau penjelasan dari sebuah buku yang ada diperpustakaan yang saya tidak tahu berarti anak-anak lebih cerdas. Maka beberapa anak-anak mencari buku-buku yang sekiranya belum pernah saya baca. Dan benar, anak yang bisa memberi pertanyaan kepada saya dan tidak terjawab adalah anak didik saya di atas.

Jadi bagi anak yang mempunyai kelebihan atau cerdas dan memiliki ketekunan maka  hasilnya tentu luar biasa. Sedangkan bagi anak-anak yang kurang namun memiliki sifat tekun akan membantunya mendapat hasil yang lebih baik. Disini anak-anak yang potensinya tidak tinggi langkahnya harus lebih banyak dibandingkan yang lebih cerdas. Kompetitif akan terjadi bila anak cerdas membaca buku dua kali seminggu maka yang kurang empat kali seminggu. Demikian juga waktu belajar bagi anak yang kurang harus berusaha lebih lama dari pada anak yang cerdas untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
 
Berbicara tentang daya juang yang paling penting bukan masalah keilmuannya tapi pelaksanaannya. Meskipun berbicara panjang lebar tapi tidak ada wujudnya di lapangan ya sama juga dengan bohong. Bekerja keras, sabar, disiplin, dan tekun insya’allah semua orang sudah pada tahu apa maksudnya. Hanya tidak banyak yang mau melakukan daya juang tersebut karena berat dan sulit. Saya yakin berat dan sulit akan mampu diatasi dengan kemauan dan tekad yang kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar