sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Kamis, 08 Oktober 2015

Guru Hebat 1



Suatu hari waka kurikulum membagi tugas mengajar untuk masing-masing wali kelas dan guru bidang studi. Seperti inilah sebagian tugas wakil kepala sekolah bidang kurikulum diawal tahun pelajaran. Sebagai peracik menu utama di kurikulum, wakasek ini bukan hanya terampil menyusun dan menyerahkan amanah ke masing-masing guru tapi harus juga mempertimbangkan evaluasi kinerja sebelumnya. Diantara pertimbangannya adalah kompetensi yakni penguasaan materi pada bidang studi yang diajarkannya. Baik di kelas yang saat ini diajarkan maupun kelas dibawah dan kelas diatasnya. Yang kedua adalah berkaitan dengan komitmen yakni sikap dan perilakunya hadir dimata murid-muridnya. Di lapangan sering didapatkan sesuatu yang tidak ideal. Ada guru yang sangat menonjol kemampuan penguasaan materi(kompetensi) tapi dalam hal komitmen masih kurang. Demikian juga sebaliknya ada guru yang komitmenya tinggi namun pada penguasaan materi tidaklah seberapa menguasai. Lalu bagaimana? Demikian PR waka kurikulum yang mengharapkan racikan masakan yang enak dan sedap sehingga dapat dirasakan hasilnya murid-murid yang cerdas(menguasai materi) dan murid-murid yang berakhlak baik(hadir sikap perilaku baiknya).


Ada seorang guru sebut saja namanya Pak Agus mendapat tugas sebagai wali kelas. Sedang tugas mengajarnya disamping pelajaran bidang studi matematika juga PMP atau sekarang PPKn atau kewarganegaraan. Untuk pelajaran Matematika Beliaunya sudah menguasai dan terampil karena telah berpengalaman beberapa tahun sebelumnya. Sayang untuk pelajaran PMP Beliaunya kurang begitu menarik-sebenarnya mau menolak- karena disamping baru juga begitu-begitu saja dalam pengajarannya. Kami harus memberikan keyakinan kepadanya bahwa justru di PMP memiliki peluang yang besar dalam memberikankan nilai-nilai pendidikan. Baik nilai-nilai sebagai warga sekolah, warga masyarakat dan warga negara. Nilai-nilai tersebut bersumber dari Yang Maha Pencipta, Allah subhanahuwata’ala. Seorang guru haruslah mampu menghubungkan materi pelajaran dengan Tuhan atau agama. Tanpa mengkaitkan ke arah ini maka akan sia-sia saja. Hanyalah fatamorgana!

Selanjutnya dengan berjalannya waktu, Pak Agus telah menemukan pola pengajaran PMP yang lebih menarik. Bukan hanya mengutamakan ceramah dan nasehat yang menunjukan pola komunikasi satu arah, tapi juga melakukan variasi metoda yang sesuai dengan pokok bahasan atau tema saat itu. Bisa simulasi, bermain peran, demonstrasi, pengamatan lapangan dan lainya. Metoda-metoda tersebut membantu dalam membangun nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai agama. Nilai yang menjadi ruh dari mata pelajaran. Selanjutnya melalui mata pelajaran murid-murid perolehan ilmu pengetahuan yang mencerdaskan. Kecerdasannya akan kokoh dan bernilai manfaat tinggi di dunia dan akherat jika ditopang nilai-nilai di atas.

Guru berkembang-tidak jumut-adalah guru yang memiliki kemampuan renewal dalam pengajaran maupun dalam pendidikan. Gatal rasanya tidak ada hal baru, tidak ada perbaikan dan tidak ada peningkatan. Intinya adalah perubahan. Bagi yang tidak terbiasa sungguh tidak nyaman bahkan menyakitkan. Dan cara terbaik agar para guru menjadi guru yang berkembang dengan mengubah mindset atau paradigmanya dulu. Apabila mindset sudah benar baru diberi tantangan agar terjadi kapitasisasi kemampuan dan keterampilan. Selanjutnya diberikan amanah di atas standar apakah mampu menyelesaikan ataukah tidak. Dengan berjalannya waktu akan terbukti siapa guru yang mampu berkembang dan siapa guru yang tidak mampu? Semoga kita termasuk guru-guru yang upgradeble untuk menyiapkan generasi masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar