sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Jumat, 23 Januari 2015

Wajah Diri

(3-habis)


“Membangun rumah 10 milyar, lalu membangun rumah akherat berapa milyar?”-tanya HRM

Kegiatan rutin saya-insya’allah sampai Allah yang mengakhiri-membimbing pengajian ibu-ibu yang 50% sudah manula. Namun semangat untuk belajar mengaji masih tetap bergelora. Kendala so… pasti ada! Kendala tidak menjadikan patah semangat. Justru saya sebagai pembimbingnya yang harus lebih semangat. Maluuu lah! Meskipun kelihatannya masih muda-padahal udah beruban alias tuwir juga-beberapa kali kalah aktif disebabkan jadual berbenturan dengan jadual kantor. Ada salah satu dari peserta pengajian ini yang mengakhiri masa hidup dengan indah. Atau bahasa yang dikenal husnul khatimah. Amiin semoga Allah SWT akan mengampuni segala dosa-dosanya dan menempatkannya di surga.


Suatu hari ibu ini-Sanipah namanya- tidak mengikuti pengajian rutin. Saya tanyakan ke ibu-ibu yang lain katanya sedang sakit. Informasi yang disampaikan ibu-ibu pengajian sakitnya dibagian kepala dan leher. Dia memang punya sakit yang lain yaitu darah tinggi. Rasa-rasanya sakit saat ini teramat berat hingga beberapa minggu masih belum sembuh. Berusaha berobat ke puskesmas dan rumah sakit malah ibu ini merasa semakin parah sakitnya. Sewaktu saya jenguk ke rumahnya anaknya menyampaikan kalau kankernya sudah menyebar ke seluruh tubuh. Dan ibunya memutuskan untuk dirawat di rumah saja. Satu pelajaran yang saya dapatkan dari ibu ini adalah 3 hari menjelang kematiannya ia minta kepada anaknya untuk menjual perhiasan yang ia punya. Kalung dan cincin emasnya dijual. Untuk apa? Berobat? Tidak!

Selepas sholat maghrib anak lelakinya mendatangi saya.
“Pak Heri …saya pingin ngomong sebentar saja.”pinta anak lelaki ini
“Oh ya. Boleh, boleh.” jawab saya
“Begini Pak Heri, saya dapat amanah dari ibu untuk sampaikan uang infak sebesar 2 juta.”terangnya
“Apa tidak dipakai berobat saja..ibu kan lebih membutuhkan?”tanya saya
“Enggak Pak! Ibu sudah ikhlas menyerahkan kekayaan terakhirnya ke masjid ini.”tegasnya
“Ya sudah kalau begitu saya terima uang infaknya.”jawab saya kemudian.
Ibu Sanipah hari-harinya aktif sholat berjamaah di masjid. Bahkan sering saya berjamaah sholat Dhuhur dan Ashar bersamanya.
Memang uang 2 juta untuk ukuran orang-orang berpunya saat ini tiada artinya. Sangat kecil! Mari kita belajar bahwa kesadaran akan berinvestasi untuk negeri akherat saat masih hidup tidaklah mudah. 

Ada seseorang yang kala tidak punya uang diminta untuk infak atau shodaqoh mengatakan nanti saja kalau punya uang banyak. Setelah mendapat uang banyak tidak mau infak karena uangnya nanti akan berkurang. Kalau toh berinfak pasti memilih recehan atau ribuan yang baginya ketika uang recehannya jatuh tidak akan diambil.

QS.3.92. Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Wajah-wajah diri kita saat menghadap kehadirat-Nya terbentuk saat kita hidup di dunia ini. Janganlah sibuk urusan dunia yang tidak dibawa saat mati sampai melupakan urusan akherat. Jangan! Bisa celaka! Jangan pula lifestyle menjadikan penjara dan melupakan ibadah dan berinvestasi untuk akherat.
Mari kita semua menanam kebajikan untuk hidup kedua kita. Akherat.

Dari Abu Hurairah ra. pula bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"Barangsiapa yang bershadaqah sepasang binatang di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari semua pintu surga dengan ucapan: Hai hamba Allah, inilah yang lebih baik. Barangsiapa yang termasuk golongan orang-orang yang mengerjakan shalat maka ia dipersilakan masuk syurga melalui pintu shalat. Barangsiapa yang termasuk golongan orang-orang yang berjihad, maka ia dipersilakan masuk surga melalui pintu jihad. Barangsiapa yang termasuk golongan orang-orang yang berpuasa, maka ia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan barangsiapa yang termasuk golongan orang-orang yang suka bershadaqah , maka ia dipersilakan masuk syurga malalui pintu shadaqah."
Abu Bakar ra. Berkata: Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, dari pintu mana saja tidaklah masalah. Lantas adakah orang yang dipanggil dari semua pintu itu? Beliau menjawab:
Ada, dan aku berharap kamu termasuk di antara mereka.
                                                                                                              (Muttafaq 'alaih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar