sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Senin, 12 Januari 2015

Sang Proklamator, Dr.H.Muhammad Hatta


(pecinta buku dan nan sederhana)



Negeri ini sungguh bangga memiliki tokoh yang pernah lahir di Indonesia. Walaupun saya hanya mendengar dan membaca sejarah perjuangan dan kesederhanaannya. Bung Hatta sapaan yang biasa banyak orang sebut merupakan tokoh-tokoh yang patut menjadi teladan generasi saat ini dan akan datang. Sebut saja tokoh yang lain seperti Ir.Soekarno, KH.Agus Salim, Jenderal Sudirman, Muhammad Natsir, Hamka dan tokoh-tokoh lainnya. Tokoh yang menjadi Guru Bangsa ini disajikan dalam buku karya Agus Nur Cahyo berjudul “Kebiasaan Sehari-hari Para Guru Bangsa.”

Pada pendahuluan penulis buku tersebut mengungkapkan bahwa sungguh ironis bila dibandingkan kehidupan glamour dan mewah para pejabat negeri ini. Mereka tidak cukup sebatas menikmati fasilitas yang diberikan negara saja, tetapi tindakan korup pun dilakukan demi tuntutan gaya hidup. Kalaupun ada yang rela hidup sederhana, perilaku orang itu dianggap anomali dalam sebuah kehidupan berpolitik. Bahkan, hal itu akan dianggap sebagai sebuah pencitraan diri. Sebagai contoh DPR yang memakai jam tangan seharga 70 Juta bahkan ada yang 250 juta. Ini sangat kontras dengan teladan yang sudah pernah dicontohkan para pendiri negara dan Guru Bangsa. Bukan salah mereka bila para tokoh saat ini berperilaku pamer, sombong dan bermewah-mewah di atas uang rakyat.


Dr.H.Muhammad Hatta, yang lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi. Pendidikan Beliau mulai dengan sekolah rakyat, pindah keEuropeesche Lagere School(ELS) di Padang pada tahun 1913. Berikutnya ke Meer Ultgebreid Lagere Ondewijs(MULO) sampai 1917. Beliau juga belajar agama kepada Muhammad Jamil  Jambek, Abdullah Ahmad dan beberapa ulama lainnya.

Beberapa teladan Dr.H.Muhammad Hatta yang dapat diteladani adalah:

Cinta terhadap buku
Kecintaan pada buku sungguh luar biasa. Saat menikah mahar yang diberikan pun buku karya Beliau berjudul “Alam Pikiran Yunani”. Empat kekasihnya adalah Indonesia, Rakyat Indonesia, buku, dan Rahmi Hatta. Saat Beliau dibuang dan dipenjara yang banyak dibawa buku bacaan.

Mengembalikan dana taktis
Bung Hatta sungguh menjaga diri dari memanfaatkan kedudukan dan menyalahgunakan wewenang. Dia tidak mungkin mau korupsi, bahkan dana taktis yang harus dipakainya, sisa 25 ribu dikembalikan lagi.

Tak mampu beli sepatu bally
Keinginan yang amat kuat Beliau dalam hidup adalah memakai sepatu merk Bally. Berusaha untuk menabung, tapi uang selalu terpakai untuk biaya hidup. Akhirnya sampai Beliau meninggal sepatu bally tak pernah terbeli!

Hidup sederhana
Menjabat sebagai wakil presiden secara kasat mata pasti hidup serba wah dan jauh dari kekurangan. Namun Bung Hatta justru kebalikannya, sampai membayar listrik saja tidak mampu karena gaji pensiunan wakil presiden kecil, Rp 3.000.

Naik haji dengan menabung
Meskipun sebagai pejabat penting, sebagai orang nomor 2 di Negara Indonesia. Untuk menunaikan ibadah haji tidak meminta fasilitas untuk kepentingan diri, Tapi Beliau menabung hingga cukup untuk pergi haji bersama keluarga.

Penggunaan mobil dinas
Mobil dinas yang menjadi fasilitas kerja tidak digunakan untuk urusan pribadi. Sampai menjemput Ibunya sendiri Beliau tidak mau menggunakannya, karena ini mobil dibeli pakai uang rakyat.

Dimakam di kuburan rakyat biasa
Bung Hatta meninggal pada tanggal 18 Maret 1980 di Jakarta. Dan dimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir Jaksel bukan Taman Makam Pahlawan meskipun menjadi hak pejabat. Karena ingin membaur bersama rakyat Indonesia.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar