sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Selasa, 03 November 2015

Memburu Ilmu Memburu Duit




Biasanya orang menggunakan kata memburu untuk mencari binatang(hewan buruan) di hutan. Menurut arti katanya: memburu adalah mengejar atau menangkap, mengejar untuk menangkap binatang di hutan dan berusaha keras untuk mendapatkan(uang, pangkat, dsb).(www.arti kata.com) Penggunaan kata memburu disini lebih terasa nendang dibandingkan menggunakan kata mencari. Ada semangat yang lebih keras agar ilmu yang diburu duit yang diburu bukan hanya angan-angan saja.

Untuk meluruskan niat dan menegakan syareat keduanya-memburu ilmu dan memburu duit- ditempatkan pada bingkai yang benar. Bingkai yang mampu menyelamatkan “si Pemburu” dari jalan kehancuran lahir maupun batin. Jalan keselamatan  tersebut– agar tidak mendapatkan kehancuran- adalah jalan yang sudah  Pencipta tunjukan. Sehingga doa yang Rasul contohkan agar umat juga membiasakan doa ‘untuk diberikan kebaikan dunia dan kebaikan akherat serta dijaga dari api neraka’mampu diraih.

ilmu
Ada nasehat dari Imam Syafi’i:

  • Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.
  • Alangkah bodohnya jika kamu mendapatkan kijang(binatang buruan), namun kamu tidak mengikatnya hingga akhirnya binatang buruan itu lepas di tengah-tengah manusia.

 Allah juga ber-Firman dalam surat Mujadilah:
 Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.QS.58.11

Dalam pencarian ilmu tidak boleh berhenti pada pikiran saja, hendaknya masul di hati dan diwujudkan dalam perbuatan agar menjadi amal shaleh. Orang-orang yang seperti itu tergolong sebagai Ulil Albab.

Duit
Allah menasehati untuk urusan dunia:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.QS.28.77

Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?QS.6.32

Banyaknya harta tidak menjadikan lupa kepada Allah untuk semakin memperbanyak bersyukur, beribadah dan berinfak.

Belajar dari Umar bin Khattab
Abdullah bin Umar ra berkata, “Pada suatu hari ayah ku keluar meninjau kebun kurmanya, ketika tiba di dalam kota Madhinah, beliau melihat orang-orang sudah selesai shalat Ashar. Melihat para sahabatnya telah selesai shalat berjamaah Ashar, beliau sangat menyesal dan berkata, “Innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’un,…aku terlambat sholat ashar berjamaah lantaran kebun kurma itu, Ya Allah, saksikanlah, kebun kurma itu aku sedekahkan kepada para fakir miskin sebagai kifarat atas kealpaan yang telah kulakukan…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar