sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Rabu, 26 November 2014

Hari Guru 2014



Nobar menjadi kegiatan mahasiswa STKIP Al Hikmah dalam menandai Hari Guru 25 November. Serdadu Kumbang judul film yang ditayangkan hari Selasa lalu sungguh menarik dan menghentak jiwa. Yaitu bagaimana seorang guru mendidik siswa baik yang penurut maupun yang penentang. Semua siswa harus mendapat pendidikan yang menambah peningkatan pengetahuan dan keterampilannya. Problem yang diangkat bukan tentang kurikulum dan materi pelajaran tapi bagaimana seharusnya mengajar(=mendidik).

“Never depend upon institutions or government to solve any problem. All social movements are founded by,  guided by, motivated and see through by the passion of individuals”
-Margaret Mead 1901,1978 (Antropolog Amerika)


Saya pun setelah mengikuti separuh tayangan menandai dengan membaca buku karya Zaenuddin HM berjudul “EEN SUKAESIH Sang Guru Qolbu”. Kenal EEN saat tayang di YOU TUBE dan tayangan langsung SCTV saat bertemu Bapak Presiden SBY dan Ibu Negara, Ani Yudhoyono. Tak tertahan air mata tumpah menghiasi pipi menyaksikan kegigihan Ibu EEN berjuang menjadi guru meskipun menderita Rheumatoid Arthritis. Tanpa pamrih selama 30 tahun mengajar anak-anak dengan berbaring di kamar ukuran 2x3 meter.  

Jiwa seorang guru benar-benar terpatri di sanubari. Sakit dan keterbatasan bergerak tidak membatasi untuk terus mengabdi sebagai guru. Kutipan pesan Bu EEN dalam buku tersebut saya tulis ulang sbb:

“Bersabar harus dengan bersyukur, kita masih diberikan kehidupan. Masih banyak nikmat yang kita terima. Untuk mengantisipasi sakit yang kita derita, alangkah lebih baiknya kita imbangi dengan kegiatan yang positif. Syukur-syukur bermanfaat buat semua orang. Jika tidak, minimal untuk diri sendiri dan keluarga.”
“Kita diciptakan Allah minimal harus berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, karena sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain.”

Prof.Dr.H.Mohammad Surya, Guru Besar UPI Bandung mengelompokan guru menjadi 4 level yaitu:

  1. Guru Aktual, guru yang melaksanakan tugasnya semata-mata karena tuntutan formal sebagai guru.
  2. Guru Harmonis, guru yang biasa, bisa mengajar dan rajin namun batinnya bukan guru, karena sewaktu-waktu ada kesempatan keluar ya keluar sebagai guru.
  3. Guru Karakter, guru yang tampil dengan karakternya sebagai guru yang terbentuk sejak kecil.
  4. Guru Qolbu, guru level tertinggi karena berbasis pada kualitas qolbu secara tulus ikhlas yang tertanam dalam hatinya. Prof.Surya mencirikan guru qolbu menjadi 7 buah ciri yaitu:

Keyakinan(faith), kebenaran(truth), keharuan rasa(compassion), rendah hati(humility), cinta kasih(love), bersyukur(gratitude), keutuhan diri(integration)

Kata Ibu EEN:”Kalau Guru tidak belajar maka tidak boleh mengajar!”
 
Hari Guru yang kita peringati semoga menjadi momentum untuk terus berkiprah meningkatkan kemampuan diri untuk perbaikan pendidikan anak-anak menyongsong masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar