sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Rabu, 15 Oktober 2014

Subhanallah! Allahu Akbar....!




Maha Benar Allah atas nikmat yang telah dikaruniakan atas umat manusia berupa al-Qur’an, melalui kholilullah Muhammad Saw. sebagai model riil kehidupan. Maha Suci Allah dan Maha Besar demikian komentar saya setelah membaca cerita diatas. Dari kisah tersebut saya tertarik pada 2 pribadi yang menggelitik hati dan pemikiran yaitu: Ibrahim dan Jad. Keduanya merupakan pribadi beda usia, beda karakter, dan lebih-lebih beda ideologi. Pada tulisan ini saya mencoba untuk menuangkan sisi-sisi yang dapat diungkap berdasarkan kisah yang tersurat maupun yang tersirat.





Ibrahim sosok yang menarik dari kepribadiannya adalah pada pribadi yang santun, ke-Bapak-an, dan dalam pemahaman al-Qur’annya.

Santun

Siapapun kita pada akhirnya semua akan kembali pada karakter, akhlak pada diri masing-masing. Keluhuran seseorang karena akhlaknya sebagaimana misi Rasulullah adalah untuk menyempurnakan akhlak. Dan akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Salah satu ayat yang berkaitan dengan hal ini firman-Nya:

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS.al-Imron(4).159)

Keluhuran budi pekerti yang Rasul tunjukan pada umat sungguh luar biasa. Yang dapat kita baca dari Sirah Nabi. Demikian juga para Nabi sebelumnya seperti Nabi Musa AS. Saat berdakwah kepada Firaun yang jelas-jelas mengaku sebagai Tuhan(=kemungkaran yang top) Firman-Nya Thaha(20).42-44:

“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku;
Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas;
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."

 Ibrahim bukan hanya paham ajaran ini tapi juga mampu mengaplikasikan dengan cantik pada Jadullah. Tanpa panggilan kasar dan menghina justru teguran yang santun meskipun Jad telah mencuri cokelat setiap hari.

Ke-Bapak-an

Keluhuran budi sudah sepantasnya orang yang lebih tua memberi contoh. Ibrahim tidak langsung menegur kesalahan dengan cara merendahkan atau menghina kesalahan Jad tapi dialog dan membangun komitmen yang dikedepankan. Allah Swt. memberi contoh metodologi pendidikan sebagaimana firman-Nya:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."(QS.ash-Shafat(37).102)

Melalui ayat diatas dapat diambil hikmahnya adalah peran Bapak untuk mengajak dialog dan komitmen atau konsekuensi dari keputusan yang sudah diambil. Dengan model tersebut  anak dalam melakukan tindakan atas kesadaran dan mengetahui konsekuensinya. maka ia akan menjadi anak yang bertanggungjawab.

Kedalaman Pemahaman

Mendahulukan simpatik dan kemulyaan “Islam” dari hakekat atau esensinya bukan label dan doktrin. Bila tidak demikian maka yang terjadi akan menjauh pada Islam dan antipati pada ajaran yang menyelamatkan dunia dan akherat.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(QS.al-Anbiyaa’(21).107)

Semua firman-Nya mampu menjawab persoalan-persoalan kehidupan. Bagaimana seorang Ibrahim yang hanya penjaga toko dengan pendidikan tidak tinggi tapi mampu menjawab banyak persoalan hidup. Beliau berperan sebagai Dai(=guru) yang mampu melahirkan murid yang mampu mengislamkan ribuan pemeluk nasrani dan yahudi eropa dan penduduk afrika selatan. Semoga kita dapat mencontoh amal shalihnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar