sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Jumat, 20 Juli 2012

“Banggalah pada Diri Sendiri”

(bersyukur atas karunia-Nya)

“I’ve seen you silent at meetings. I’ve seen you eating lunch alone. And I’ve even seen your louder, less talented colleagues promoted over you. Yet I know you have something to say. What stops you from saying what you want to say, especially when it’s about you? Perhaps you don’t want to brag or draw too much attention to yourself.”



Paragraf itu terdapat di halaman pertama dari buku Self-Promotion for Introverts. Bila dicermati, ada beberapa point yang menjelaskan karakter seorang introvet. Pendiam, penyendiri, bersuara keras, tidak suka (atau malu) menonjolkan diri. Akhirnya karirnya kalah dibandingkan dengan rekan-rekannya yang punya karakter sebaliknya. “Itulah karakter orang introvert,” kata Nancy Ancowitz, penulisnya.

Perjalanan hidup kita sampai se-usia seperti saat ini, tentu banyak kisah yang dapat diungkapkan. Termasuk apa saja yang melatarbelakanginya. Ada orang yang memiliki karakter introvert dan ada pula yang berkarakter extrovert.  Teringat penjelasan dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir Qs. Al Mukminun ayat 12 sbb:

Mujahid mengemukakan: “Min sulaalatin berarti dari mani anak cucu Adam.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi SAW, beliau bersabda:

 
  
“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari satu genggaman tanah yang digenggam-Nya dari seluruh permukaan bumi. Kemudian anak-anak Adam datang sesuai dengan kadar warna tanah. Di antara mereka ada yang merah, putih, hitam, dan perpaduan antara warna-warni tersebut, ada yang lembut dan kasar (keras), ada yang jahat dan ada juga yang baik, atau di antara keduanya.”

Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at Tirmidzi. Beliau mengatakan bahwa hadits tersebut hasan shahih.


Cetakan kita, maksudnya bawaan kita bukanlah suatu kesalahan. Ini potensi. Harus disyukuri oleh kita semua. Melalui ini juga Allah menebarkan rezeki-Nya. Dan melalui ini pula Allah mengatur system kehidupan yang sungguh luar biasa. Jadi perbedaan tipologi di antara kita bukan sesuatu yang direndahkan atau diunggulkan. Tidak! Sungguh tidak. Namun menjadi tantangan buat kita semua, apakah kita mau menjadi yang terbaik. Bila jawabannya ‘ya’ maka fastabiqul khoirot, berlombalah dalam kebaikan yang harus dilakukan.Qs.2.148. Dan bukankah pula Allah ingatkan kita semua akan hal ini dalam Qs.Al Mulk(67)ayat 2 sbb:
 

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Dalam kaitannya dengan Multiple intellegance  yang perlu diketahui adalah aspek pemahaman dan pengenalan emosi diri, mampu mengelolanya dan meningkatan kecerdasan tersebut. Insyallah kita akan lebih sukses dari saat ini. “Bangga pada diri sendiri” berarti menyukuri nikmat yang Allah telah anugerahkan kepada diri kita. Pasti Allah akan menambah nikmat buat kita.

Akhirnya apapun latar belakang, status, jabatan, dan kondisi kita saat ini bukanlah alasan untuk tidak maju. Sukses dan kaya adalah hak bagi yang mau meraihnya! Sementara gagal dan miskin adalah pilihan dan tangga menuju hak kita. Allah menyerahkan pada hamba-Nya apa saja yang mereka minta, Dia akan mengabulkan! Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. That’s all. Titik. Yang terpenting bagi-Nya adalah ke-Takwaan-nya sebagai mana diingatkan dalam Qs.Al Hujurat ayat 13 sbb:
  
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling Taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”


Teladan buat kita:

1.   Nabi Ayyub a.s, yang pernah jatuh miskin dan menderita  tetap takwa.
2.   Nabi Sulaiman a.s, kaya raya tdk ada makhluk di muka bumi ini yang diberi karunia dan kekuasaan sepertinya, beliau tetap takwa.
3.   Abu Hurairah(Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi), penghafal hadits terkenal dalam keadaan miskin tetap bertakwa.
4.   Istri Fir’aun, Asiyah yang kaya dan masyithoh yang miskin tetap takwa.
5.   Ali bin Abi Tholib r.a dan keluarga, luas ilmunya meskipun dalam keadaan miskin tetap taat pada Allah.
6.   Umar bin Khatab, orangnya keras dan bergelimang harta tetap sederhana dan taat pada Allah dan Rasul-Nya.
7.   Begitu juga dengan para sabahat Nabi lainnya dan hamba-hamba-Nya yang sholeh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar