Kerendahan
hati
Kata rendah hati mengandung maksud tidak sombong atau
tawadhu’. Dalam bahasa lain adalah orang yang menyadari bahwa dirinya tidak
memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya, karena semua
kenikmatan yang didapat bersumber dari Allah SWT. Maka, ia akan menjaga hati
dan niat dalam beramal shaleh kecuali hanya pada Allah semata.
Kerendahan hati dalam agama biasa menggunakan istilah
tawadhu yang berarti bersikap
tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong),
ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita.
Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini :
Rasulullah SAW bersabda: yang artinya “Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu’ kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat ‘izzah) oleh Allah. (HR. Muslim).
Iyadh bin Himar ra. berkata: Bersabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku: “Bertawadhu’lah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.(HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda, “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)
Ibnu Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya, Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang haq dengan bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap dirinya tinggi.
Allah SWT
amat murka pada orang yang sombong karena tidak pantas. Kita masih ingat cerita
Iblis dengan Nabi Adam a.s sewaktu di surga. Iblis dikutuk oleh Allah karena
kesombongannya tidak mau “sujud” kepada Adam a.s.
“Allah
berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di
waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya:
Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah."QS.al-A’raf(7).12
dan shad.(38).76
Atau sikap dan perilaku dari Karun sebagaimana
firman-Nya dalam surat
“Karun
berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah
membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa
itu, tentang dosa-dosa mereka.”QS.al-Qashash(28).78
Akibat
dari sikap dan perilaku yang sombong inilah Allah SWT memberikan azab padanya.
“ Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab
Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). “QS.al-Qashash(28).81
Allah mengingatkan kita semua untuk menjauhi sikap
sombong melalui beberapa ayat berikut ini:
”Dan
janganlah kalian berjalan di atas bumi ini dengan menyombongkan diri, karena kalian tidak akan mampu menembus bumi
atau menjulang setinggi gunung” (QS al-Isra-37). Firman Allah SWT lainnya: ”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan di muka bumi dan kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa (QS al-Qashshash-83.)
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al Furqaan: 63)
Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS: an-Nahl: 23)
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS: al-A’raf: 40)
Sepandai-pandainya manusia tidak akan mampu
mengalahkan maut yang akan merengutnya kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun.
Ajal tidak dapat ditolak.
Tulisan
ini merupakan akhir dari Character Matters yang membahas dari 1. Kebijaksanaan(wisdom),
2. Keadilan(justice), 3. Keberanian(fortitude), 4. Pengendalian diri(temperance), 5. Cinta(love),
6. Sikap positif, 7. Bekerja keras, 8. Integritas, 9. Syukur, dan 10. Kerendahan
hati. Kesepuluh bahasan tentang karakter merupakan inspirasi dari buku
Character Matters dari Thomas Lickona.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar