Pengendalian diri(temperance)
Kata “pengendalian
diri” memberi kesan yang positif dan enak didengar. Bisa dibuat contoh berikut:
Wah, orang itu mampu mengendalikan diri saat percekcokan depan pertokoan itu,
sehingga pertumpahan darah tidak terjadi. Sifat marah dan tergesa-gesa menjadi
sifat dasar manusia yang merupakan sifat yang harus dijauhi.
“Beginilah kamu, kamu
menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada
kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami
beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari
antaran marah bercampur benci
terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu." Sesungguhnya Allah
mengetahui segala isi hati.”QS.al-Imron(3).119
“Maka bersabarlah kamu (hai
Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang
berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).”QS.al-Qalam(68).48
Allah SWT berharap pada kita untuk mampu mengendalikan diri terutama
marah. Dan Rasulullah pun terkait dengan sifat berani, Beliau bersabda dalam salah satu hadisnya,
“Bukanlah dinamakan
pemberani itu orang yang kuat bergulat, sesungguhnya pemberani itu
ialah
orang yang sanggup menguasai dirinya di waktu marah.” (HR.
al-Bukhari dan
Muslim).
Pembelajaran yang
dapat dilatihkan dalam pengendalian diri adalah:
- Sabar tidak ada batasnya
- Puasa wajib dan sunah
- Menunggu giliran
- Ridlo(penerimaan) sesuatu yang tidak sesuai
- Ikhlas menerima resiko yang diterima
- Pasrah/tawakal akan beban hasil didapat
Cinta(love)
Bab, judul
dan tema yang tidak pernah habis adalah CINTA!
Indahnya …katenye tak terkire…?hehe. Sampai-sampai orang tidak berkutik
alias klepek-klepek karena dimabuk cinta. Zaman sekarang cinta antara
muda-mudi (bukan suami istri) adalah melakukan kontak fisik(berhubungan)
naudzubillah mindzalik! Tapi yang benar adalah cinta itu mau menunggu setelah
resmi(halal) dengan pernikahan.
Kaidah
cinta dan sekaligus menjadi nikmatnya iman seseorang adalah seperti firman Allah SWT & sabda Rasul SAW:
“Tidak (sempurna)
keimanan salah seorang di antara kalian sampai aku lebih dia cintai dari orang
tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Wahai Rasulullah, sungguh Anda adalah seorang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku.” Maka, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak (demikian), demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih kamu cintai dibandingkan dirimu.” Lalu Umar berkata kepada beliau, “Sesungguhnya sekarang, demi Allah, Anda adalah orang yang paling aku cintai (bahkan) dari diriku”, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sekarang, wahai Umar”.
Mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya sebuah kalimat pengakuan lisan semata, akan tetapi cinta itu terwujud dalam ketaatan terhadap apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan, membenarkan apa yang beliau kabarkan, menjauhi apa yang beliau larang. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam firman-Nya,
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31).
Dari Anas, dari Nabi SAW beliau
bersabda: "Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan
manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari
selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali
kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api
neraka."
“Tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci
kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang
mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hujurat: 7-8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar