sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Selasa, 30 September 2014

Rindu



Perasaan rindu akan menghampiri kala hati sedang sepi! Terlebih pada seseorang yang dicintai dan dikasihani. Terbayang-bayang pada yang dirindukan. Jadi… Merindu! Terus menghantui di setiap sudut pikiran dan hati. Rasa senang dan nyaman bila telah berjumpa. Pulang…..!Keinginan selalu dekat dan sering bertemu menjadi obat penghilangnya. Berkorban menjadi bayaran yang harus disiapkan sebagai penebus rasa. Tidak peduli malam kedinginan, siang kepanasan, lelah dan kantuk tidak tertahankan. Tenaga, waktu, pikiran dan harta  rela menjadi tebusannya. Energi yang besar, keinginan yang membuncak, dan fokus yang tinggi menjadi modal usahanya.

Seorang ayah yang jauh meninggalkan keluarga mengais-ngais rezeki di tanah orang, tetap ia jalani demi kebahagiaan anak-anak dan istri, keluarga tercinta. Tidak peduli resiko yang harus dialami di perantauan yang penting keluarga, jadi lebih baik nasibnya. Perasaan sepi dalam keramaian, sedih dibalik keceriaan, dan kangen di tengah kesibukan mengumpulkan lembar demi lembar  rupiah. Semua perasaan yang berkecamuk coba dialihkan dan dijadikan hiburan sebagai musik merdu pengiring dan penyemangat langkah perjuangan hidup.

Tiba-tiba bisikan yang menyentuh dan membangunkan kesadaran muncul tidak ada yang tahu. Dari arah mana sumber suara berasal. Jangan-jangan dari radio...? Yang ternyata hanya rongsokan berdebu dan  tertumpuk barang-barang bekas di dalam almari. Ataukah suara orang tua teman tidur disebelah dinding kayu kontrakan 3 x 4 ini? Mungkin juga suara angin yang masuk lewat lobang-lobang dinding yang telah lapuk dimakan usia. Atau... atau dari mana saja itu jadi tidak penting!

Perasaan rindu itu manusiawi.
Pikiran galau bukanlah solusi.
Malas dan sakit hati hanyalah basa-basi!
Yang pasti langkah saat ini...
Berjuang demi harapan sejati
Masa depan itu pasti
Mereguk rindu... ridlo pada Ilahi...
Sebagai bakti pada orangtua yang dicintai
...
Terbangun dari lamunan yang selalu menghinggapi pikiran di kala sepi. Teringat nasehat Pak Kyai yang gemar mengobarkan semangat untuk terus maju. Menatap masa depan yang pasti akan dilalui. Berbekal  bukan hanya cukup tapi kaya raya akan ilmu dan amal untuk menghadapi apa saja yang mungkin terjadi. Hidup  ini ladang pahala. Bercocok tanam menabur benih. Satu benih kebaikan kan tumbuh tujuh tangkai dan setiap tangkai akan muncul seratus biji. Berlipat-lipat balasan yang diberikan Allah Swt. bagi orang-orang yang berinfak. Yang mereka telah rela dan ikhlas berkorban dalam meraih cita-cita mulia.

Perasaan bahagia(baca=rindu) yang Rasul sampaikan ada 2 yaitu saat buka puasa di bulan Ramadan dan saat berjumpa dengan Allah Swt. di surga. Bagaimana dengan rindu kepada orangtua? Bolehkah? Tentu boleh! Orangtua yang telah berkorban mendidik hingga dewasa merupakan magnet dan telah menjadi medan elektromanetik bagi anak-anak yang sholeh. Birru walidain menjadi kewajiban anak kepada mereka berdua. Tidak harus selalu dekat tinggal bersamanya namun doa dan perjuangan meraih cita-cita itu juga sebuah pengabdian bagi mereka berdua. Jalan pahala yang tiada putus-putusnya dari sabda Nabi ada 3 kelompok yaitu:
  1. Amal jariyah
  2.  Ilmu yang bermanfaat
  3. Dan anak shaleh yang selalu mendoakan kepada kedua orangtuanya.

Setiap perjalanan akan selalu ada kisah yang indah, takjub, gelak dan tawa. Sedih dan duka penyeimbang suasana. Karna Allah hanya berharap kepada hamba-hamba yang beriman  bekerja dengan sebaik-baik pekerjaan. Tidak enggan berlomba-lomba dalam kebaikan menumpuk bekal saat pulang. Rindu berjumpa kepada yang paling dicinta Allah Penguasa jagad semesta alam. Subhanallah…!

1 komentar: