Suatu hari
saya dan teman guru sedang asyik diskusi tentang program sekolah. Saat asyik
diskusi ada 3 anak yang lewat melintasi tempat yang saya dan kolega pakai.
Ketiga anak tersebut tanpa dikomando langsung mengisyaratkan hormat kepada
gurunya dengan sedikit membungkukan badan. Sambil mengucapkan salam dan mohon
permisi ketiga anak tersebut lewat. Sungguh pemandangan yang bagus ditunjukan
anak-anak yang meskipun zaman sudah maju seperti saat ini, mereka masih menjaga
sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Bisakah hal ini menjadi nilai-nilai
yang dipegang dan dijalankan semua anak-anak sekolah kita?
Perlu kita
semua pahami baik anak-anak, orangtua maupun guru tentang nilai-nilai
pendidikan yang masih relevan untuk dipertahankan. Zaman boleh berubah. Tapi
untuk masalah akhlak dan budi pekerti ya… yang benar tidak berubah. Sedangkan
urusan ilmu pengengetahuan atau kaitan kecerdasan tentu mengalami perubahan dan
kemajuan seiring zamannya. Percepatan ilmu pengetahuan yang ditunjang teknologi
informasi mengubah pola-pola belajar dan interaksi. Namun, sebagai manusia yang
beradab dan beragama haruslah menyadari akan esensi diri kita yang diukur dari seberapa
bagus mempertahankan nilai-nilai pendidikan yang dianut.
Nilai-nilai
pendidikan yang dianut akan membawa kepada pribadi-pribadi yang bermartabat.
Baik sebagai warga masyarakat maupun warga Negara. Sering kali keluarga kurang
peduli terhadap hal ini akibat derasnya informasi nilai-nilai budaya dari luar
yang belum tentu sama. Sama dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat
timur(=Indonesia). Untuk itu kita mencoba menyegarkan kembali nilai-nilai pendidikan
yang harus tetap dijaga.
Ada 18
nilai pendidikan yang membentuk karakter bangsa menurut Pusat Kurikulum
Departemen Pendidikan Nasional, 2010. Diantara yang akan diuraikan disini adalah:
Religius
Gerakan
yang sama antara orangtua, guru dan masyarakat untuk menyelamatkan bangsa ini
dari kehancuran adalah dengan ketaatan beribadah. Tentu, beribadah ini bukan
sekedar seremonial yang sifatnya hanya menenuhi kewajiban. Tapi hendaknya anak
terus didorong pada penyadaran akan kebutuhan terhadap Tuhannya.
Jujur
Lembaga
pendidikan di Indonesia sedang diuji akan nilai kejujuran. Mengapa? Banyak
berbuat curang saat UN. Bukan hanya anak-anak tapi juga para guru. Lalu
bagaimana kalau gurunya saja sudah demikian? Peluang mendapatkan uang sebagai
lahan bisnis jauh lebih menarik dibanding menjaga nilai kejujuran! Siapa lagi
yang bisa menjaga nilai-nilai kejujuran kalau bukan guru?
Toleransi
Perbedaan
yang ada di tanah air tercinta Indonesia adalah takdir yang Allah berikan pada
kita semua. Namun bukan berarti kita tidak bisa menjaga toleransi. Selalu
mengedepankan pemaksaan, keributan dan pengrusakan. Bukan demikian jalannya.
Agama yang beragam seperti di Indonesia ini akan berjalan baik asal
masing-masing pemeluk menjaga untu tidak saling mengganggu. Ikuti aturan main
yang disepakati bersama. Bukankah untukmu agamamu dan untukku agamaku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar