Apa hukumnya guru tertawa? Ha ha
ha... setahu saya sih boooleh! Nabi pun pernah tertawa saat ada sahabat yang
tergopoh-gopoh datang dihadapannya, mengatakan celaka, celaka, celaka! Ternyata
dia telah junub di siang hari di bulan Ramadhan. Hingga diminta membayar
kifarat tidak mampu akhirnya diberi Nabi makanan untuk orang miskin. Ternyata
dia orang yang termiskin. Nabi menyuruh memberikan makanan kepada keluarganya.
Itulah saat tertawa Nabi hingga kelihatan gigi gerahamnya. Dari berita Nabi
tertawa yang menjadi catatan buat kita semua adalah... . Ini bukan hanya guru
saja lho! Kalau manusia tahu tentang akherat(=siksa neraka) maka akan banyak
menangis dibandingkan tertawa.
Tertawa adalah bentuk ekspresi
jiwa melepaskan sesuatu yang diliputi kesenangan atau kebahagiaan. Kesenangan
melihat sesuatu yang menyentuh dan membahagiakan. Kesenangan mendengar sesuatu
yang lucu mengelitik hati dan menghibur. Kesenangan merasakan anugerah yang
besar membangkitkan semangat dan gairah hidup.
Sebenarnya ada “tertawa semu.”
Lho koq bisa? Ya dibuat bisa saja! Soalnya manusia juga pandai mengelabui.
Kelihatan hidup serba kecukupan. Keluarga aman-aman saja. Hari-hari dihiasi
dengan kemewahan, canda-tawa dan kesenangan. Tapi..., tiba-tiba terjadi
perceraian. Rumah tangga berantakan. Atau kecanduan narkoba. Akhirnya penjara
ganjarannya. Atau bunuh diri sebagi solusi! Karena jalan keluar sulit dicari. Naudzubillah
mindzalik. Tertawa semu ini juga bisa berlaku bagi yang kurang beruntung.
Memang orang kurang beruntung bisa e boleh tertawa? Haaalah, ‘kan tertawa bukan
monopoli orang yang berada saja! Orang miskin pun boleh, untuk menghibur diri
supaya tidak dirundung kesedihan terus-menerus.
Yang menjadi perhatian buat guru
khususnya adalah tertawa tidaklah perlu terbahak-bahak.
Perilaku ini bisa melupakan dan menghilangkan wibawa sebagai seorang guru.
Karena guru berbeda dengan pelawak. Guru adalah pendidik yang mengajarkan sopan-santun
yang luhur. Apa jadinya kalau guru itu “cengegesan”(jawa). Saya tidak tahu tepatnya
dalam bahasa Indonesianya. Mungkin yang agak mirip ya “tidak serius hanya suka
candaan saja.” Maka muridnya ‘kan jadi pelawak semua...? serius...! ya
mungkin... Lha kalau begini kelas jadi garing? Endak begitu juga sih. Tapi
kalau humor ya bolehlah untuk menghidupkan suasana.
Untuk dibuat sharing diantara kita, sesama teman guru adalah bagaimana kelas
tidak membosankan. Membuat tertawa(=humor) saat mengajar atau di luar mengajar
ada baiknya guru memperhatikan beberapa catatan berikut:
Tertawa
Hendaknya tertawa tidak menjadi
kebiasaan yang sering dilakukan. Bila tidak hati-hati akan melupakan. Yang
sering terjadi tidak mendapat esensinya malah tertawanya yang selalu diingat.
Humor
Humor kadarnya tidak sebesar
tertawa. Kalau tertawa seringkali tujuannya bagaimana pendengarnya tertawa.
Tiada peduli materi yang disampaikan. Bahkan sesuatu yang jorok dan menghina
sering dimasukan agar dapat tertawa. Sementara humor memang bisa tertawa. Yang
banyak adalah gerrrr. Atau tersenyum, gemas dan perasaan senang lainnya. Humor
adalah jalan yang lebih baik dibandingkan tertawa. Oleh karena itu, guru perlu
belajar atau membaca cerita-cerita humor agar kelas hidup. Ingat, humor
hanyalah salah satu jalan untuk menjembatani materi pelajaran tersampaikan
dengan baik. Agar bosan, kantuk dan penampakan lainnya tidak muncul di kelas.
Mari kita mencoba!
Tersenyum
Dalam hadis menyebutkan bahwa
senyum pada saudaramu(orang lain) adalah shadaqah. Guru tersenyum adalah
perangai yang jauh lebih baik dan seeedab dipandang. Senyum yang baik kata Ari
Ginanjar Agustian adalah tiga senti kearah kanan dan tiga senti kearah kiri.
Jika tidak imbang maka tanggapan orang lain... Wahhh ini ngenyek! (menghina) walaupun sebenarnya belum tentu.
Jurus Guru mengambil simpati
murid
Kebiasaan
|
Sering
|
Kadang-kadang
|
tersenyum
|
humor
|
tertawa
|
Mari kita jadikan guru tertawa
e... bukan Guru tersenyum! Karena senyum tanda semangat, gairah dan optimis
menatap masa depan. Terutama masa depan murid-muridnya. Meskipun guru nampak
“stagnan” tidaklah mengapa asal murid jauh berkembang melampaui kehebatan
gurunya. Tersenyumlah Guru! Jerih payahmu telah tampak di wajah murid-murid
terkasih yang akan berkiprah membangun negeri tercinta. Indonesia!
+++
“Gerakan buatlah guru
tersenyum!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar