“Aduh susah! Tolong dong? “ Saya tidak bisa.” Ucapan ini
sering dikeluhkan saat mendapat kesulitan.
Kita prehatin mendengar berita ayah dan anak tewas
lantaran bunuh diri beberapa hari yang lalu. Gara-gara hak asuh anak
dimenangkan oleh ibunya. Gagalnya usaha memperoleh hak asuh membuat nekat sang
Ayah membawa anaknya dan memaksanya menabrakan diri ke kereta yang sedang
lewat. Tragis. Apakah hal seperti ini menjadi satu-satunya alternative dalam
menyelesaikan sebuah persoalan?
BANJARMASINPOST.CO.ID - Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta,
Komisaris Besar Polisi Ahmad Luthfi, mengatakan, ayah korban kecelakaan kereta
api (KA) di rel sebelah barat palang perlintasan Badran KM.100 Gremet Manahan
Banjarsari, Solo, menjadi tersangka.
Sang ayah itu bernama
Oktavianus Cahyo Saputro (35), warga Tegalsari lor RT 004/02 Ngabeyan Kartasura
Sukoharjo. Dia nekat mengakhiri hidup bersama anaknya, Santa Maria Claudia (8),
pada pukul 22.00 WIB Jumat (20/3). Keduanya --ayah dan anak-- itu tewas.
Dalam sebuah kajian saya sempat sampaikan bahwa setiap
umat memiliki ajal. Dimana ajal tidak dapat dimajukan waktunya ataupun
diundurkan.(QS.10.49) Menurut saya ada ajal yang bisa dipilih dan tidak dipilih
semua dalam takdir Allah SWT. Sebutlah contohnya sebagaimana berikut:
Pertama, ada persoalan berat yang menimpa diri,
sementara di depannya ada senjata laras pendek yang siap ditembakan. Antara menembak kepala sendiri atau tidak
adalah pilihan. Hidup dan mati seperti ini masih bisa memilih apakah takdir
baik atau takdir buruk.
Kedua, ada sebuah kejadian penumpang yang berada dalam
kabin pesawat sangat panik. Ketika pesawat
dalam kondisi mesin mati dan badan pesawat terus menukik ke bawah tanpa mampu
dikendalikan pilot. Ketinggian pesawat terus drop meluncur dengan kecepatan
tinggi. Pesawat yang berbobot ratusan ton akan meledak dan hancur! Bagi para
penumpang tidak ada pilihan lain kecuali berpasrah kepada-Nya.
Dalam kehidupan ini manusia yang percaya akan akherat
hanya berpegang pada agama dan sunatullah. Yaitu agama yang member tuntunan
bagaimana hidup menurut cara-cara yang diridloi Allah. Dan sunatullah merupakan
hukum yang Allah sudah tetapkan di muka bumi ini, seperti orang yang menembak kepalanya dengan senjata api.
Sunatullahnya pasti mati. Menabrakan diri pada kereta yang jalan sunatullahnya
juga mati. Dan contoh-contoh lainnya yang semakna dengan ini.
Pelajaran yang dapat diambil dari uraian ini adalah
selama Allah masih memberi kesempatan hidup pada kita, maka janganlah gampang
merengek, mengeluh, berputus asa, bahkan mengakhiri hidup. Naudzubillah
mindzalik! Usaha seyogyanya terus dilakukan selama kita mempunyai
keyakinan(iman) Allah Maha Penolong.
Prof. Guy Claxton penemu Building Learning Power justru anak-anak diberi “Stuck” agar mereka
mampu mencari jalan keluar. Ingatlah bahwa mendapat kelulitan, kesusahan, dan
kesengsaraan bukanlah kiamat. Belum! Justru dari kondisi seperti ini Allah
melipatkan kemampuan baik fisik maupun mental.
Manusia adalah makhluk yang suka mengeluh.
“ Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.”QS.70.19
Orang-orang yang beriman memiliki kekuatan dalam menyelesaikan
persoalan kehidupan sangat besar, karena yakin pada Allah SWT.
“ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”QS.2.153
Tidak ada komentar:
Posting Komentar