Saat ini benar-benar berbeda
dengan masa saya sekolah. Murid-murid sangat terpusat pada guru. Sehingga
istilah beda antara guru tahu dan murid tahu jaraknya semalam, tapi sekarang
sudah bukan zamannya lagi. Murid-murid
jauh lebih tahu sebelum gurunya.
Sebagai konsekuensi dari kondisi seperti ini pola belajar dan pola
interaksi antara guru dan murid tentu harus berbeda. Perbedaan bisa dalam hal substansi maupun substansial.
Menurut Gagne ada 8 pola belajar yang terjadi dalam
pembelajaran yaitu:
Tipe
1, Signal Learning (belajar isyarat).
Tipe 2, Stimulus-Respon Learning (belajar
rangsangan tanggapan).
Tipe
3, Chaining (mempertautkan)
tipe 4
Verbal Association.
Tipe
5, Discrination learning (belajar
membedakan).
Tipe
6. Concept Learning (belajar
pengertian).
Tipe
7, Rule Learning (belajar membuat
generalisasi, hukum, dan kaidah)
Tipe
8, Problem Solving (belajar memecahkan
masalah)
Interaksi belajar dan mengajar yang sering terjadi
guru-murid, murid-guru, dan murid-murid.
Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat
seyogyanya menjadikan semangat perubahan dalam peningkatan PMB. Yang biasanya
pola belajar dan interaksi yang dikembangkan cenderung monoton dapat diubah
mengikuti kondisi kelas yan dinamis. Ketika sekolah mendukung dengan
perkembangan teknologi informasi guru bisa mengoptimalkan pembelajaran yang
berbasis TI tersebut. Sehingga pola belajar dapat dikembangkan dengan intens
tipe problem solving. Atau searching sumber-sumber belajar yang menjadi topic yang
akan dipelajarinya. Demikian juga dengan pola interaksi akan berkembang bukan
hanya guru-murid dan murid-murid, tapi juga dengan para ahli atau nara sumber(resource)
yang lain. Perlu diketahui bahwa ada hasil penelitian yang menyatakan akan faktor-faktor interaksi belajar
mengajar mempengaruhi pengembangan prestasi
siswa sebesar 25.7%.
Perubahan yang guru dapat kembangkan dalam
meningkatkan kemampuan dan keterampilan belajar murid. Yang bersifat substansi
adalah pola belajar yang hanya menekankan pada satu atau dua kemampuan atau
keterampilan saja. Sedangkan yang bersifat substansial adalah pola belajar yang
mengembangkan daya ingat(recalling) atau tipe 1 s.d. 5. Demikian juga dalam
interaksi saat ini bukanlah guru merupakan satu-satunya sumber belajar(berpusat
pada guru), tapi bergeser berpusat pada siswa dengan guru sebagai fasilitator.
Guru juga dituntut lebih cepat atau lebih hebat pula
dalam memberikan pendidikan akhlak. Sebagai
antisipasi kecepatan murid-murid dalam mengakses informasi. Derasnya informasi
memerlukan langkah-langkah yang konkrit dari guru bukan hanya yang berkaitan pelajaran
sekolah tapi sikap yang sehat dalam menghadapi informasi. Tentu, kita para guru
tidak ingin bangunan yang sudah dibangun jadi roboh hanya dalam hitungan hari,
jam atau menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar