Apa yang ‘mahasiswa” cari saat masuk kuliah?
Ilmu,
pekerjaan, teman, jodoh
atau apa? Ada teman pernah ngomong bahwa dia kuliah dulu sebenarnya tidaklah
banyak yang diperoleh karena sudah dia perdalam di SMA. Terus katanya, ya… dapat
jodoh! Ya, mahasiswa masak gitu? batin saya. Sering kali mahasiswa masih belum
jelas. Memang banyak yang bisa menjawab pada tataran praktis ya biar mudah cari
pekerjaan. Dan ternyata di lapangan untuk mencari pekerjaan tidaklah mudah.
Banyak juga para sarjana bekerja di luar core
yang dulu mereka pelajari dan tekuni. So what?
Pernah
Prof.Imam Prasojo bercerita tentang pendidikan penduduk di daerah terpencil di
Sudan. Penduduk di sana hanya tamatan SD saja. Tapi mereka sudah mampu bekerja untuk
cari nafkah. Bahkan ada menteri yang pendidikannya hanya tamatan SD. Sementara
di negara kita pendidikan banyak sampai sarjana, pekerjaan masih tetap sulit
didapat. Apa yang salah dengan pendidikan kita di sini?
STKIP Al
Hikmah salah satu perguruan tinggi yang berazam melahirkan guru pejuang. Jangan
keliru sangka kayak ISIS. Bukan, bukan..., bukanlah. Ini adalah perguruan
tinggi yang konsen pada pendidikan guru yang profesional, memiliki keterampilan
mengajar, memiliki daya juang yang tinggi dan memiliki nasionalis sebagai
anak-anak bangsa.
Profesional
Sebagai
guru program S1 dituntut
menguasai materi, baik materi sekolah SMP maupun materi SMA. Maka
professional disini berarti menguasi materi yang utama yaitu materi sekolah.
Sedang materi penunjang adalah materi payung serta materi kekhasan. Guru yang kurang menguasai materi akan
bermasalah saat menjelaskan, membimbing dan menentukan strategi materi prasarat
dan materi pengembangan. Berikutnya menguasai materi sekolah saja tidaklah
cukup tanpa menguasai pula materi payung yang melingkupinya. Guru lulusan S1
harus memiliki tinjauan dan penguasaan jauh lebih tinggi, maka pantaslah
disebut sarjana.
“Ketinggian ilmunya tidak berarti jauh dari penerapan
di lapangan”
Keterampilan
Mengajar
Ketinggian ilmu pada bidang yang ditekuni guru lulusan
pendidikan keguruan tidak berhenti pada kecerdasan saja, tapi juga
keterampilan. Yaitu keterampilan menyampaikan materi pelajaran kepada
murid-murid. Ingat bahwa ilmu berasal dari Allah dan yang memberi kemudahan
seseorang paham akan ilmu juga Allah. Maka disamping guru berlatih dan mengasah
keterampilan mengajar hendaknya senantiasa memohon pertolongan Allah. Inilah 2 jalan
yaitu jalan sunnatullah dan jalan agama.
“Usaha keras dan cerdas itu penting, tetapi
menyandarkan usaha keras pada Allah jauh lebih penting”
Daya Juang
Kekuatan guru STKIP Al Hikmah yang harus kokoh lebih
dulu adalah daya juang. Dalam kontruksi figure guru masa depan daya juang
menjadi pondasi penting. Persaingan, tantangan silih berganti, perubahan cepat,
dan sulit diprediksi ciri kehidupan masa depan. Siapa yang tidak memiliki daya
juang yang handal akan tertinggal. Ya tertinggal dari masa puncak pencapaian
dalam hidup. Kesuksesan, kematangan dan kebahagiaan yang mustinya mampu diraih
bila mau berpayah-payah, bersusah-susah dan berkorban. Sikap pantang menyerah,
kerja keras dan peduli bagian daya juang yang melandasi pribadi guru pejuang.
Yang berjuang membebaskan pendidikan tidak berkualtas dan tidak memiliki daya
saing.
“Kehebatan diri dibangun bukan dengan fasilitas yang
serba ada”
Lulusan guru STKIP Al Hikmah ke depan dipersiapkan
memiliki 3 kualifikasi yang baik. Cerdas, trampil dan tangguh sebagai guru abad
21. Guru lulusan STKIP yang memiliki 3 kualifikasi tersebut diberikan untuk
masyarakat dan bangsa Indonesia yang nota bene terbanyak adalah umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar