Orang
baik itu pasti harapan orangtua dan harapan semua orang. Orang seperti apa
disebut orang baik? Tentu masing-masing orang punya definisi yang berbeda-beda.
Tapi, boleh tidak setuju dengan pendapat ini bahwa orang baik memiliki ciri
yang menonjol dalam hal niat, ucapan dan perilaku positif. Positif bagi diri
sendiri maupun bagi orang lain. Niat positif atau biasa Pak Kyai bilang
nawaitunya baik. Tiada keinginan merusak, menyakiti dan menganiaya diri dan
yang lainnya. Demikian juga pada ucapan dan tindakannya. Bukankah manusia tidak
sempurna? Benar ini! Justru dari sini diharapkan muncul kesadaran bahwa manusia
seharusnya lebih condong pada kebaikan. Sehingga orang yang condong(= lebih
banyak) melakukan kebaikan dapat dikatakan mereka orang baik. Namun, dalam
bahasa agama orang yang banyak melakukan kejahatan dan keburukan disebut orang fasik. Beberapa ayat menyebut
fasik(=munafik&kafir) tapi dapat diambil benang merahnya mereka adalah
banyak menentang perintah Allah.QS.5.49 dan QS.32.18.
Pesan
Allah SWT kepada hambanya saat menunaikan ibadah haji adalah:
“(Musim)
haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”QS.2.197
Orang
baik tentu tidaklah serta merta lahir menjadi orang baik meskipun awal
kelahirannya fitrah. Suci tidak berdosa! Disinilah peran orangtua penting
membentuk anak-anaknya memiliki perilaku yang baik. Para orangtua mempunyai
tanggungjawab melahirkan generasi yang baik. Adalah tuntutan agama. Namun
sering sekali orangtua dalam prakteknya tidak mampu membimbing anak-anaknya
langsung. Peran ini kemudian dibantu pihak lain yaitu guru. Guru seperti apa?
Guru yang ideal. Adalah guru yang bukan hanya mampu dalam urusan mata pelajaran
sekolah tapi juga paham agama. Sehingga perannya jauh lebih besar bukan urusan
dunia semata termasuk juga urusan akherat. Dengan perkataan lain guru yang
menjadikan anak cerdas dan berakhlak mulia.
Saat
masih kecil saya tidak langsung mendapat bimbingan agama dari orangtua, tapi
dari teman atau kakak sekaligus guru ngajiku. Bimbingan yang diberikan ada 2
model yaitu darinya dan dari guru ngaji(=ustadz) yang lain atas arahannya.
Beberapa yang masih membekas ajakan dan bimbingan Beliaunya adalah rajin menjalankan
ibadah, suka membaca dan suka menuntut ilmu(=ngaji). Yang lebih lengkap lagi
adalah membuatkan lingkungan yang mendukung! Alhamdulillah perjuangannya kalau
saya renungkan bukan hanya mengajakku menjadi orang baik tapi juga mengajak
orang lain baik. Sekarang saya berusaha istiqomah menjadi orang baik dan
mengajak orang lain juga baik. Semoga ini menular kepada orang-orang terdekatku
dan orang-orang yang pernah bertemu dengan diri yang lemah ini.Semoga.
Doa
yang kupanjatkan:semoga Beliau dalam lindungan-Nya dan mendapat berkah hidup
dunia dan akherat.amiin.
+++
Guru
Ngajiku
Mengajak
dan membimbing
Kesibukan
keseharian yang tiada jemu
Sepak
terjangnya terus terkenang
Yang melekat kuat di lubuk kalbu
Guru
Ngajiku
Ikhlas
beramal pancaran prilaku
Membekas
dalam di benakku
Ringan
menatap harapanmu
Karna
dibalik kekuatan-Nya
Lahir
generasi lebih baik dari dirimu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar