Pak Dul demikian panggilan akrab dari
Abdul Syukur, Pak Tuwek yang pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang becak.
Tukang becak sih banyak, tapi yang ini berbeda. Salah satu perbedaan dari Pak
Dul adalah gemar tambal lubang jalan saat tengah malam. Wiiih, keren! Mas, mas
gitu aja kerennn, kalau keren itu nampang di tipi, nunjukin mobil mewahnya yang
berjajar-jajar, rumah mewah berharga milyaran, dan istri cantik…? Emang kalau
udah gitu dapet pelajaran apa??? Ya…pameran gratis! O… ahhh endak bahas itu
biarlah mereka memang suka gitu! Ini belajar dari Pak Dul, si Tukang becak.
“Sudah ya Pak Dul,
ndak usah begitu lagi. Bapak istirahat saja”. Tri
Rismaharini, Walikota Surabaya
Itulah kutipan dari Jawa Pos terbitan, Jum’at, 15 Mei 2015.
Kata-kata itu muncul saat Pak Dul alias Abdul Syukur diundang Bu wali di rumah
dinasnya jalan Sedap Malam. Dari berita yang diturunkan menunjukan bahwa Pak
Dul ini orang yang sederhana dan tidak neko-neko.
Keluguan dan kesederhanaannya menjadikan Bu Wali ingin membangunkan rumahnya
meskipun ditolaknya dengan halus. “Ndak usah, Bu. Sampun sae omah kula.”katanya.
Sering kita semua jumpai, pengguna jalan temui
lubang-lubang jalan yang seakan-akan dibiarkan menghiasi. Kendaraan
memperlambat, menepi mencari jalan yang tak berlobang dan ambil jalur
sebaliknya agar tidak terperosok! Yang jadi pertanyaan: Apa tidak tahu? Apa tidak
ada biaya? Atau apa baru ada korban kecelakaan baru diperbaiki? Atau apalah-apalah
lagi… mudah-mudah para pemangku jabatan dan yang bertanggungjawab punya cara
jitu mengatasi kerusakan jalan seperti itu. Keterpanggilan hati Pak Dul untuk
menambal lubang jalan sungguh mulia. Harapannya tentu jalan lancar dan tidak
timbul kecelakaan. Ia telah membantu sesamanya selamat dari bahaya.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu
‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh
cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan ‘Laailaahaillallah’, sedangkan
yang paling rendahnya adalah menyingkirkan
sesuatu yang mengganggu dari jalan, dan malu itu salah satu cabang keimanan” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apa yang dilakukan Pak Dul ini kecil tapi manfaat buat
orang banyak. Sementara yang punya kekuasaan dan punya wewenang tidak berbuat
lalu siapa yang berbuat? Ya akhirnya kembali ke masyarakat. Jika yang berwenang
kurang tanggap tentang kondisi seperti itu ada beberapa cara yang dapat
dilakukan:
1.Lapori atau datangi yang berwenang tentang kondisi
jalan.
2.Usulkan pemerintah bentuk satgas keliling tutup lubang
jalan
3.Email dan kirim via medsos
4.Bentuk komunitas “Tutup Lubang Jalan”
5.RT dan RW menggerakan warga tutup lubang jalan.
6.Jika mampu, sedekah semen untuk tutup lubang jalan.
Jalan yang terganggu menjadi perhatian agama karena
menyangkut hajat orang banyak. Pesan yang perlu diperhatikan adalah janganlah
kita suka menutup jalan untuk hajatan atau kepentingan pribadi ataupun
kelompok, sehingga orang lain terganggu karenanya. Nabi minta supaya
Disingkirkan!
Ada sahabat Nabi yang sangat berhati-hati dan teguh
emban amanah, yaitu Umar bin Khattab. Berikut ungkapan yang pernah Beliau
sampaikan:
"Demi
Allah, seandainya seekor keledai di irak terperosok jatuh lantaran jalan yang
dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di
hari kiamat." ungkap Umar bin Khattab Khawatir.
Bila diperhatikan,apakah
artinya seekor keledai,hewan yang dianggap melambangkan kedunguan dan kebodohan
itu? Bagaimana dengan hewan lain yang lebih mulia? Bagaimana pula
seandainya yang jatuh itu adalah manusia? Demikian kekhawatiran Umar ra. sampai hewanpun menjadikan penyebab takut adzab Allah SWT. Bagaimana
dengan para pejabat kita? Belajar pada kemulyaan hati Pak Dul si Tukang becak
ternyata praktek dari wasiat Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar