Ada
asumsi:
“Guru cerdas seringkali tidak telaten dan gati (sabar, perhatian & peduli) membimbing anak”
“Guru kurang cerdas lebih telaten dan gati membimbing anak”
Pengalaman(bukan
penelitian):
“Guru cerdas telaten dan gati(sabar, perhatian & peduli)
10%”
“Guru cerdas kurang telaten dan gati(sabar, perhatian
& peduli) 50%”
“Guru cerdas agak telaten dan gati(sabar, perhatian
& peduli) 40%”
Guru
Ideal:
“Guru cerdas dan terampil mendidik”
Berdasarkan asumsi, pengalaman dan harapan(mimpi)
mendapatkan guru ideal tidaklah mudah. Meskipun tidak menutup peluang untuk
mendapatkan guru ideal tersebut. Gambaran guru cerdas dan terampil mendidik
dapat diuraikan seperti berikut ini.
Guru
Cerdas
- Menguasai materi: konsep dasar & konsep terkembang serta integrative nilai-nilai
- Terampil menyelesaikan persoalan dengan cepat
- Kreatif dalam mengajar
- Mampu menjelaskan secara analitis, kronologis dan logis
Guru
Terampil mendidik(telaten & gati)
- Mempunyai mimpi yang kuat anak berkarakter
- Memiliki figure pendidik teladan(patut dicontoh)
- Sensitif terhadap pelanggaran moral(akhlak)
- Tegas dalam menegakan moral(akhlak)
- Sabar dan telaten mendidik
- Membimbing sampai berhasil
Mempertimbangkan beberapa uraian antara guru cerdas
dan terampil, maka upaya untuk memperbanyaknya dengan beberapa strategi
berikut.
Pertimbangan
Murid yang sering menjadi perhatian guru di kelas antara
upper(20%), middle(60%) dan below(20%)
porsinya lebih banyak yang middle(60%).
Sehingga kelompok upper sering
bekerja sendiri tidak ada bimbingan dan arahan khusus. Demikian juga kelompok below tidak terbimbing dengan tuntas
karena membutuhkan waktu lebih lama, sehingga tidak mungkin selesai di kelas.
Oleh karena itu strategi yang dapat dilakukan untuk
memperoleh guru yang ideal atau agak ideal adalah:
Strategi 1(pembinaan rutin)
Mencari guru cerdas kemudian dibimbing dalam mendidik
murid. Dalam hal ini kelemahan mendidik agak dikesampingkan tapi dibantu dengan
magangkan/tutor sebaya dengan guru yang kuat di karakter.
Strategi 2(asistensi)
Guru cerdas dibantu guru bantu(asisten) untuk
menguatkan karakter murid-murid.
Strategi 3(perpaduan)
Guru yang cerdas kurang terampil mendidik ditempatkan
pada kelas-kelas yang sudah matang karakternya. Atau guru yang kurang cerdas
terampil mendidik ditempatkan pada kelas-kelas yang karakternya belum matang.
Pola menempatkan guru cerdas pada murid malas (kurang
matang karakternya) haruslah hati-hati. Seringkali banyak murid karakternya
semakin tidak terlayani dan terbimbing dengan baik. Karakter yang tidak tumbuh
dengan baik jauh berbahaya di masa
depan dibandingkan dengan murid kurang cerdas tapi akhlaknya baik.
Tulisan ini tidak bermaksud mempertentangkan antara
kelompok guru cerdas dan guru terampil mendidik. Dunia pendidikan merupakan
dunia yang terus tumbuh seiring tuntutan zaman. Harapan dari proses pendidikan
adalah anak mencapai perkembangan yang optimal baik kecerdasan maupun
karakternya. Untuk memenuhi keduanya di lapangan sering terjadi
kesenjangan-idealis dan pragmatis tidak sejalan. Masalah ini muncul karena SDM
tidak sempurna sebagaimana harapan. Maka penting bagi top manajemen membuat
desain yang tepat agar harapan sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar