“If you believe in your ideas, money will follow.
If you pursue money you should fail”
-Tibor Kalman
Sebagai bangsa yang “religious” walaupun tidak setiap
persoalan selalu dihubungkan dengan agama(=Tuhan). Bangsa ini lebih banyak
mengakui dan menyakini untuk hidup beragama. Yang mustinya dalam kesehariannya
agama dipraktekan sebagai wujud ketaatan kepada Penciptanya. Salah satu perintah
yang mulai Nabi pertama, Adam sampai Rasulullah, Muhammad SAW adalah mengakui
dan meyakini bahwa tiada sesembahan yang hak diibadahi kecuali Allah. Maka
beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketaatan. Istilah yang disampaikan oleh
seorang ustadz ialah ada warna, diwarnai dan mewarnai.
Akhir-akhir ini merebak begitu cepat di Indonesia
antara narkoba dan prostitusi. Kedua penyakit itu akan menghancurkan manusia
dan generasi. Dan hubungan keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang tidak
dapat dipisahkan. Hidup yang dianut masyarakat serba boleh(hidonis) membuka
peluang besar terjadi tindak kejahatan dan asusila. Masyarakat Indonesia yang
katanya “religious” begitu permisif dengan pakaian mengumbar aurat dan tarian
pornoaksi(seronok). Kekuatan hawa nafsu memang menjadi senjata setan untuk
menjauhkan manusia dari agama. Perilaku semacam ini bukanlah jati diri bangsa
Indonesia tapi bangsa barat yang telah meracuni anak-anak bangsa. Beberapa indicator
yang mewabah di masyarakat kita adalah:
- Terjadi banyak perceraian karena perselingkuhan.
- Tindak kejahatan meningkat seperti kekerasan seksual dan tindak kejahatan lain.
- Narkoba dan minum-minuman keras merajalela.
- Hidup berfoya-foya menjadi gaya hidup yang harus dipenuhi.
- Harta dan kekayaan menjadi tujuan utama dalam hidup
Warna. Sebenarnya banyak warna yang ada di sekitar
kita. Namun secara garis besar ada 2 yaitu apakah warna agama ataukah warna
sekuler? Jika warna agama yang diambil berarti ada nilai-nilai ketuhanan yang
menjadi pedoman hidup. Kebahagiaan yang dibangun di dunia dan di akherat. Begitu
sebaliknya bila warna sekuler tentu agama bukan yang menjadi pedoman hidup.
Hidup hanya semata-mata hari ini. Hidup di dunia saja jauh dari urusan akherat.
Orang yang memiliki prinsip dan pedoman hidup(agama)
insya’allah tidak mudah diwarnai. Meskipun derasnya informasi dan kebebasan
berekspresi yang bebas nilai telah menghancurkan sendi-sendi bangunan karakter
bangsa ini. Imunitas. Bagaimana seseorang memiliki imunitas agar tidak mudah
diwarnai?
1.Pergaulan yang positif yang dikembangkan
2.Bacaan dan tontonan yang membangun pribadi yang utuh
diutamakan
3.Teman dan lingkungan yang mendukung budi pekerti
menjadi pilihan
4.Praktek agama menjadi prilaku keseharian
5.Nilai-nilai agama yang dipakai untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
Warga Negara yang baik adalah orang-orang yang
memiliki karakter dan budi pekerti yang baik. Yang bersumber pada nilai-nilai
agama. Adalah nilai-nilai agama yang menjadikan kebaikan dirinya. Selanjutnya kebaikan
diri saja tidaklah cukup tanpa mewarnai orang lain yang belum baik. Bangsa ini masih
banyak membutuhkan orang-orang yang berkarakter dan mampu mengajak orang lain
menjadi baik. Seperti apakah contoh warga Negara yang baik itu?
Berikut
beberapa indicator warga Negara yang baik:
1.Ikut berperan dalam pembangunan bangsa
2.menjaga dan mematuhi aturan negaranya(hak dan
kewajiban)
3.menjadi pribadi-pribadi yang mulia(prilaku dan tutur
kata)
4.nasionalis menjadi panggilan jiwanya sebagai
anak-anak bangsa
5.menunjukan identitas diri sebagai bangsa Indonesia yang
luhur yang beragama
Menatap kehidupan yang banyak mengimani akan materialistis
seperti saat ini. Menjadi godaan yang besar bagi seseorang yang mau mengasah
spiritualitas dirinya. Maka mencari warna yang digaris Allah mutlak diimani dan
dijalani. Ketika diwarnai dalam kehidupan disiasati dengan imunitas diri yang
kuat. Yang tidak mudah terpengaruh pada jalan sesat. Yaitu jalan yang
menjatuhkan ke dalam kehancuran. Oleh karena itu, saat pribadi yang sudah
memiliki karakter mulia maka, berperan dalam mewarnai dan menularkan
nilai-nilai agama ke orang lain menjadi tuntutan setiap diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar