Bangsa Indonesia ini
masih membutuhkan guru-guru yang handal. Yang memiliki keterampilan mengajar,
cerdas dan komitmen terhadap masa depan pendidikan Islam. Pendidikan anak-anak
janganlah rendah kualitasnya karena hanya akan melahirkan generasi kelas dua
atau tiga. Dampak ke depan generasi umat terbesar ISLAM tentu juga rendah. Saat ini saja peran umat
mulai tergeser-tergeser yang tidak dirasakan sebagian besar pemeluk agama
Islam. Meskipun mereka-yang berperan- Islam tapi tidak memikirkan kemajuan
umat. Banyak sekali disibukan dengan acara dan aktifitas leher kebawah dan
sangat sedikit konsumsi leher ke atas. Jomplang!
Bulan Juni tahun
2004 YDSF sebagai penyandang dana bekerjasama dengan KPI dan LPI Al Hikmah
menyelenggarakan Diklat Guru SD. Peserta diklat merupakan lulusan S1 baik
berlatar belakang pendidikan ataupun non pendidikan. Mereka ini mendapat pembekalan
dari para dosen yang praktisi dan praktisi yang ahli. Selama setahun dibina dan
dibimbing untuk meraih guru yang berlevel mampu sebagaimana sudah saya
sampaikan secara singkat ditulisan yang lalu. Ingat level guru ada 5 yaitu
Pemula, Pemula awal, Mampu, Terampil dan Ahli. Meskipun kami mentargetkan level
mampu saja insya’allah para lulusan siap berlari mulai gigi satu sampai gigi empat.
Mengapa? Karena kualifikasi lulusan adalah siap mengajar, siap berdakwah dan
siap berkembang. Alhamdulillah dana umat ini mampu berkembang(=barakah)
menyebar di sekolah-sekolah di jawa timur, jawa tengah, Riau dan Kalsel.
Saat ini para lulusan sudah menapaki jenjang pimpinan
sekolah atau kepala sekolah. Yang pasti pengaruhnya jauh lebih besar
dibandingkan sebagai guru. Para peserta
yang potensi memimpin memang saya dorong untuk menjadi kepala sekolah. Dengan
asumsi guru-guru yang baik akan dapat menjadi koordinator yang baik.
Koordinator yang baik akan juga menjadi wakil kepala sekolah yang baik.
Selanjutnya wakil kepala sekolah yang baik pantas menjadi kepala sekolah yang
baik pula. Proses regenerasi dari satu amanah ke amanah yang lebih tinggi
ketika sekolah menunjang jenjang karier guru. Baik dari jalur struktural maupun
jalur fungsional.
+++
HP saya berdering….
Tidak ada muncul nama dilayar …pasti orang yang tidak
pernah saya kenal! Masak?
“Assalamu’alaikum….”sapa penelpon
“Walaikumsalam…”jawab saya agak ?? siapa ini?
“Ustadz Heri ya ni? tanya penelpon kemudian Saya Bu Nia….Ustadz..”
Ooo Bu Nia…(sambil mencocokan wajah dimemory….belum
ketemu-ketemu) ya ada yang bisa saya bantu Ustadzah?coba selidik saya.
Begini ustadz Heri, saya butuh wakasek kesiswaan, apa
ustadz bisa bantu?tanyanya kemudian.
Lanjutnya…
“Pokoknya kalau nanti ada (=ya diharuskan ada untuk
dicarikan) asal ustadz setuju akan saya terima.”terangnya.
Dari beberapa penjelasan Beliau nanti akan diberi
fasilitas rumah dinas(=tempat tinggal sementara). Tawaran yang menantang bagi
orang yang ingin memimpin melalui jalur struktural. Namun, pertanyaan buat diri
saya:”Apakah lulusan Diklat ada?”batin saya. Ya harus ada dong!jawab batin saya
yang lain. Bingung…! Kenyataan di lapangan saya mempunyai 6 guru laki-laki.
Hanya seorang saja yang belum bekerja sebagai guru(=tidak ada pengalaman
mengajar) So…?
Akhirnya saya melancarkan pendekatan pada seorang
mahasiswa diatas dengan sedikit instruksi(=memaksa). Tentu saja saya tidak
melepas begitu saja. Perlu saya berikan wawasan ketika nanti menjabat sebagai
wakasek.
“Ini ada permintaan dari Depok? Gimana pendapatmu?”tanya
saya mendesak.
“Permintaan apa Ustadz?Guru ya Ustadz?”jawab mahasiswa
saya penasaran
“Wakasek.”jawab saya singkat.
Wakasek Ustadz…? Saya kan belum pernah mengajar?jawabnya
(muncul rasa keberatan)
“Ndak apa-apa bismillah!kata saya. Ini kesempatan,
jalur cepat… Coba kamu pikirkan!”jelas saya
Beberapa hari kemudian mahasiswa saya menyampaikan
tawaran(=instruksi) saya. Dari pembicara dengan ibunya dia menceritakan kalau
Ibu menanyakan tentang jauhnya(agak berat).
Akhirnya…
Mahasiswa saya ini mau melaksanakan instruksi saya
sebagai duta dari diklat SD S1 plus.
Setelah beberapa bulan kemudian-saat liburan-mampir ke
kampus menyampaikan bahwa dia sudah merasa nyaman. Saya tentu yang sangat
bahagia sebahagainya. Bahkan pada kepulangannya lagi dia melangsungkan
pernikahan.Alhamdulillah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar