Saat ini adik-adik SMA berjuang
menyelesaikan UN 2015. Ada yang online ada yang tidak yang penting jawabannya
benar dan tidak nyoto. Jujur. Hari
gini masih suka ngrepek? Apa kata
dunia…?wkwk. Generasi tidak percaya diri atas kemampuan sendiri haruslah
diputus. Akibat dari perbuatan seperti ini akan jatuh pada lubang yang sama.
Korupsi, tidak jujur, dan menghalalkan segala cara yang penting tujuan tercapai. Semua itu sudah
kasat mata dilakukan dan terjadi dimana-mana. Kualitas generasi mendatang
tercermin dari seberapa besar rasa percaya diri, kerja keras, dan pantang
menyerah menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Maka adik-adik harus yakin dan katakan
Saya Bisa! Saya Jujur! Allahu akbar….!
UN adalah
bagian kecil dari perjalanan hidup anak sekolah yang penting. Tapi bukan
satu-satu yang paling penting. Mengapa? Singkat kata apakah kalau UN tidak
lulus akan kiamat. Masa depan suram dan hidup telah berakhir? Tentu juga tidak.
UN hakekatnya sama dengan ujian-ujian yang anak-anak sekolah biasa alami, seperti
UTS dan UAS. Bahkan ada sebuah sekolah yang berani menggaransi anak-anak
didiknya mampu mendapat nilai 100 dengan mata tertutup satu dan pakai tangan
kiri. Lalu bagaimana setiap UN sering terjadi kehebohan, tres dan kebohongan. Hanya
satu kata “ketakutan”.
Ketika saya
dulu juga ikut ujian nasional yang paling menjadi beban bukan tidak lulus, tapi
saya mampu atau tidak mendapat nilai baik? Kalau lulus saja pasti bisa dilewati
meskipun koreksinya silang antar sekolah antar kabupaten dalam satu
karesidenan. Dan Alhamdulillah saya berhasil lulus dengan nilai cukup baik.
Ketakutan
diatas menunjukan ketidak siapan dari berbagai pihak mulai anak, orangtua,
sekolah(guru) dan pejabat. Maka dari pihak-pihak yang terkait tersebut
seringkali melakukan trik dan entrik agar UN-nya lulus dan nilai bagus. Mulai
membeli kunci jawaban, memberitahu jawaban sampai mengganti jawaban oleh
petugas. Jamaah!
Bagi kita
para pendidik hendaklah ingat bahwa anak-anak haruslah ditanamkan dan
disadarkan makna belajar.
M Tobroni
mengutip tentang belajar dalam bukunya “Belajar & Pembelajaran” adalah Learning is the development of new
association as result of experience(Educational Psycology: A Realistic
Approach) atau dalam bahasa lainnya adalah belajar berarti kegiatan
psiko-fisik-sosio menuju perkembangan pribadi seutuhnya.
Perkembangan
pribadi seutuhnya bagi kita-orangtua, guru &masyarakat) masih banyak
abaikan. Dianggap kurang penting bagi pertumbuhan jiwa(kepribadian anak).
Semestinya apapun hasilnya setelah melakukan usaha(perjuangan) yang maksimal
baik berhasil maupun gagal dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi anak
khususnya. Saat berhasil anak hendaklah bersyukur dan boleh bergembira tapi
tidak boleh sombong dan kelewat batas yang menyebabkan kehancuran. Demikian juga
bagi anak yang gagal dapat pula diambil pelajaran bahwa gagal dan suskses
adalah bagian dari kehidupan yang menjadikan seseorang tahan uji bangkit meraih
mimpi.
Dalam buku
The Miracle Ways of Success karya Drs.Arif Yosodipuro,MM memberikan banyak
contoh bahwa seseorang dalam hidupnya mendapatkan kesulitan dan kegagalan bukan
akhir segalanya. Contoh lain yang dapat dijadikan ibrah …
Adalah sikap jujur yang diperjuangkan salah seorang siswi SMA yang bernama Nur
Hidayatusholihah atau biasa dipanggil Aya. Dia pernah tidak lulus UN 2 kali
karena ingin jujur. Aya
bertekad untuk mengerjakan UN dengan jujur. Tidak ikut teman-temannya berlaku
curang. Untungnya Ibunya mendukung keputusan itu. Salah
satu bentuk dukungan agar putrinya terus kuliah dengan menggadaikan SK PNS-nya. Testimoni ini disampaikan di salah satu TV swasta pada
tanggal 10 Mei 2013.
Pesan yang
semoga menjadi semangat adik-adik SMA sederajat yang sedang menunaikan UN,
percayalah pada kemampuan diri. Nilai kejujuran adalah jauh lebih berharga dari
segalanya karena akan menggambarkan siapa diri adik-adik.
Semangat belajar… UN jujur. UN sukses…Allahu
Akbarrr!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar