sebagai Seorang
Muslim Sejati
Islam
menyeru pada umat untuk tampil lebih baik dalam hidupnya. Bagaimanapun kondisi
dan dimanapun posisi keberadaannya harus tetap menunjukkan keluhuran sebagai kaum
beriman. Sulit memang. Berat juga! Bukankah ingin sukses dan bahagia harus
diperjuangkan? Lebih-lebih ini kesuksesan dan kebahagiaan untuk negeri akherat!
Tentu jauh
lebih besar investasi yang harus ditanam. Sebagai contoh beristiqomah sholat
lima waktu berjamaah di masjid atau disiplin masuk & waktu kerja untuk
meningkatkan kinerja diri dan perusahaan. Kedua contoh urusan diatas akan
benar-benar teruji istiqomah bila mampu berjalan 5 tahun. Lho koq 5 tahun? Memang
kenapa? Repelita tahu!hehehe.
Dari Abu Hurairah
radhiallahu'anhu, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu'alaihi
wasallam. Beliau pun mendatangi istri-istri beliau.
Para istri beliau berkata, "Kami tidak punya apa-apa selain air."
Maka Rasulullah berkata kepada orang banyak, "Siapakah yang mau mengajak atau menjamu orang ini?"
Seorang laki-laki Anshar berkata, "Aku."
Sahabat Anshar itu pulang bersama laki-laki tadi menemui istrinya, lalu berkata, "Muliakanlah tamu Rasulullah ini."
Istrinya berkata, "Kita tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku."
Sahabat Anshar berkata, "Suguhkanlah makanan kamu itu, lalu matikanlah lampu dan tidurkanlah anakmu."
Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka istrinya menyuguhkan makanan itu. Selanjutnya, ia mematikan lampu dan menidurkan anaknya, kemudian berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu mematikannya kembali. Suami istri hanya menggerak-gerakkan mulutnya (seperti mengunyak sesuatu) seolah keduanya ikut menikmati hidangan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar karena tidak makan malam.
Di pagi harinya, pasangan suami istri itu menemui Rasulullah. Beliau bersabda, "Malam ini Allah tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua."
Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam surat Al-Hasyr ayat 9 yang artinya:
"Dan mereka lebih mengutamakan orang lain (Muhajirin) dari pada diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung."
--------------
Sumber: Buku Golden Stories, karangan: Mahmud Mushtafa Sa'ad dan Dr. Nashir Abu Amir Al-Humaidi, penerbit: Pustaka Al-Kautsar Jakarta
Para istri beliau berkata, "Kami tidak punya apa-apa selain air."
Maka Rasulullah berkata kepada orang banyak, "Siapakah yang mau mengajak atau menjamu orang ini?"
Seorang laki-laki Anshar berkata, "Aku."
Sahabat Anshar itu pulang bersama laki-laki tadi menemui istrinya, lalu berkata, "Muliakanlah tamu Rasulullah ini."
Istrinya berkata, "Kita tidak memiliki apa-apa kecuali sepotong roti untuk anakku."
Sahabat Anshar berkata, "Suguhkanlah makanan kamu itu, lalu matikanlah lampu dan tidurkanlah anakmu."
Ketika mereka hendak menikmati makan malam, maka istrinya menyuguhkan makanan itu. Selanjutnya, ia mematikan lampu dan menidurkan anaknya, kemudian berdiri seakan hendak memperbaiki lampunya, lalu mematikannya kembali. Suami istri hanya menggerak-gerakkan mulutnya (seperti mengunyak sesuatu) seolah keduanya ikut menikmati hidangan. Kemudian keduanya tidur dalam keadaan lapar karena tidak makan malam.
Di pagi harinya, pasangan suami istri itu menemui Rasulullah. Beliau bersabda, "Malam ini Allah tertawa atau terkagum-kagum karena perbuatan kalian berdua."
Maka kemudian Allah menurunkan firman-Nya dalam surat Al-Hasyr ayat 9 yang artinya:
"Dan mereka lebih mengutamakan orang lain (Muhajirin) dari pada diri mereka sendiri sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung."
--------------
Sumber: Buku Golden Stories, karangan: Mahmud Mushtafa Sa'ad dan Dr. Nashir Abu Amir Al-Humaidi, penerbit: Pustaka Al-Kautsar Jakarta
Kekuatan
ketiga adalah ikhlas, yang menjadikan fokus (hati, ucapan dan amal) hanya
tertuju pada Allah. Berikut perintah untuk ikhlas dalam iman dan amal:
Firman Allah
surat Yunus(10).104 & 105
Tauhid
Uluhiyah
104. Katakanlah: "Hai manusia, jika
kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak
menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan
mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang
beriman"
105. dan (aku telah diperintah):
"Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang musyrik.
Firman Allah
surat al-Maidah(5).85 & an-Nisa’(4).146,125
Ikhlas
beramal sholeh
85. Maka Allah memberi mereka pahala
terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai
di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan (bagi)
orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya).
146. Kecuali orang-orang yang taubat dan
mengadakan perbaikan[369] dan berpegang teguh pada (agama)
Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu
adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada
orang-orang yang beriman pahala yang besar.
Berikutnya
dalam…
Diriwayatkan dari Amir
al-Mukminin (pemimpin kaum beriman) Abu Hafsh Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu beliau
mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan
harus disertai dengan niat. Setiap orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung
pada niatnya. Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
maka hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang
hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia inginkan.”
(HR. Bukhari [Kitab Bad’i al-Wahyi,
hadits no. 1, Kitab al-Aiman wa an-Nudzur,
hadits no. 6689] dan Muslim [Kitab al-Imarah, hadits
no. 1907])
Ibnu Hajar rahimahullah menerangkan, hadits
ini juga merupakan dalil yang menunjukkan tidak bolehnya melakukan suatu amalan
sebelum mengetahui hukumnya. Sebab di dalamnya ditegaskan bahwa amalan tidak
akan dinilai jika tidak disertai niat [yang benar]. Sementara niat [yang benar]
untuk melakukan sesuatu tidak akan benar kecuali setelah mengetahui hukumnya (Fath al-Bari [1/22]).
Istilah niat meliputi dua hal;
menyengaja melakukan suatu amalan [niyat al-‘amal]
dan memaksudkan amal itu untuk tujuan tertentu [niyat
al-ma’mul lahu].
Sumber:muslim.or.id
Zaman yang
penuh tantangan dan ujian seperti saat ini kaum beriman sangat membutuhkan
kekuatan yang besar. Siapa pemilik sumber kekuatan? Tentu Allah SWT.
Allah dan
Rasul minta kaum beriman untuk:
1.Menyembah
Allah Yang Esa tidak boleh yang lain selama hidup, maka harus ikhlas dan sabar;
2.Berlomba
dalam kebaikan dan amal terbaik, maka harus sabar dan bersyukur;
3.Menunjukan
manfaat untuk segenap alam, maka harus sabar, ikhlas dan syukur;
4.Dan meraih
kesuksesan dan kebahagiaan hidup dunia dan akherat, maka harus sabar, ikhlas,
dan syukur dalam menjalankan syareat agama hingga akhir hidup. Engkaulah
Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan
gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.QS.Yusuf(12).101
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya
Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka"QS.al-Baqoroh(2).201
Tidak ada komentar:
Posting Komentar