sepirite...

Membaca membuka cakrawala berpikir,menulis pengikat ilmu dan warisan kan dikenang

Jumat, 20 Januari 2012

Pengaruh


Dalam perjalanan bis dari Madiun menuju Surabaya. Berdesak-desakan para penumpang ingin segera sampai tujuan. Tidak peduli apakah dapat tempat duduk atau tidak penumpang tetap mau saja naik. Akhirnya banyak penumpang yang berdiri bergelantungan memegang besi gantungan bis. Bis yang mustinya terisi 55 penumpang membengkak jadi 80 orang penumpang. Udara dalam bis terasa bertambah pengap dengan masuknya orang jualan dan pengamen silih berganti.
“Ya beginilah kalau musim liburan.” gumam saya dalam hati.

Di sudut depan ada penumpang suami istri dengan 1 anak kecil perempuan belum sekolah. Si Ibu sibuk menenangkan anaknya dengan memangku dan menyogok snack agar anaknya tidak rewel. Habis makanannya adik kecil ini rewel lagi. Si Ibu mencoba menenangkan dengan mengajaknya nyanyikan lagu anak-anak. Beberapa lagu anak-anak diputar dari hp. Merasa lagunya itu itu saja akhirnya anak kecil ini menyanyi sendiri.
“Cinta atu malam oh indahnya. Inta atu malam membuat tu meayang….(sampai akhir nyanyian dewasa ini dinyanyikan).” demikian celoteh nyanyian Si kecil.
Ibunya merasa malu. Ia merayunya untuk menyanyikan lagu anak-anak… tapi kesulitan. Anak tidak tertarik!

Pe-nga-ruh. Pengaruh! Sudah banyak korban anak-anak kita atau pun tetangga kita dari tontonan jadi tuntunan. Satu sisi ada pihak yang membangun tapi sisi yang lain ada pihak yang merobohkannya. Saat ini sudah tidak berimbang lagi antara yang membangun dan yang merobohkan. Hancur berkeping-keping dalam waktu semalam. Di sinilah tantangan para pendidik dalam menanamkan akhlakul karimah pada anak-anak didiknya.
“A teacher affects eternity; he can never tell, where his influence stops”
(Henry Brooks Adams, in The Education of Henry Adams (1907)

Ketika para guru menyadari betapa dahsyatnya pengaruh bagi kehidupan seseorang tentu sindiran “guru kencing berdiri murid kencing berlari” memberi makna yang sangat dalam. Kehati-hatian dalam bersikap, bertutur kata dan berbuat dalam setiap aktivitas guru tentu menjadi perhatian. Guru adalah model bagi yang lain. Rasa-rasanya kita semua tidak rela kalau para guru jatuh pada perbuatan tercela. Menghancurkan semua reputasinya sebagai seseorang yang bernama GU-RU.
“aah… guru khan manusia juga.” kata teman saya komentari sebuah berita.
Benar guru adalah juga manusia. Justru karena itulah mereka, para guru harus memahami resiko jadi seorang guru penegak moral dan kebaikan di muka bumi ini.

Jadi yang pertama kali yang harus beres terlebih dahulu jadi sosok seorang guru ialah akhlaknya. Mereka menjadi teladan bagi semua. Mulai dari dirinya, keluarganya, dan perannya dimasyarakat sosok gurulah contoh konkritnya. Di tangan guru peradaban anak-anak bangsa ini mau dibawa kemana. Bila ada pejabat yang baik, teknokrat yang cerdas, orang kaya dermawan dan yang lain-lainya semua tidak lepas dari sentuhan para guru.

Kita semua berharap dukungan dari pemerintah dan masyarakat terhadap upaya para guru membangun akhlak anak-anak bangsa ini. Dengan dukungan yang riil yaitu pemerintah dan masyarakat memberi lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuhnya akhlakul karimah dan mengapresiasi upaya-upaya mereka  para guru dalam membangun karakter bangsa tercinta Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar