Suatu
hari waka kurikulum membagi tugas mengajar untuk
masing-masing wali kelas dan guru bidang studi. Seperti inilah sebagian tugas
wakil kepala sekolah bidang kurikulum diawal tahun pelajaran. Sebagai peracik
menu utama di kurikulum, wakasek ini bukan hanya terampil menyusun dan
menyerahkan amanah ke masing-masing guru tapi harus juga mempertimbangkan
evaluasi kinerja sebelumnya. Diantara pertimbangannya adalah kompetensi
yakni penguasaan materi pada bidang studi yang diajarkannya. Baik di kelas yang
saat ini diajarkan maupun kelas dibawah dan kelas diatasnya. Yang kedua adalah
berkaitan dengan komitmen yakni sikap dan perilakunya hadir dimata
murid-muridnya. Di lapangan sering didapatkan sesuatu yang tidak ideal. Ada
guru yang sangat menonjol kemampuan penguasaan materi(kompetensi) tapi dalam
hal komitmen masih kurang. Demikian juga sebaliknya ada guru yang komitmenya
tinggi namun pada penguasaan materi tidaklah seberapa menguasai. Lalu
bagaimana? Demikian PR waka kurikulum yang mengharapkan racikan masakan yang
enak dan sedap sehingga dapat dirasakan hasilnya murid-murid yang
cerdas(menguasai materi) dan murid-murid yang berakhlak baik(hadir sikap
perilaku baiknya).
Ada seorang guru sebut saja namanya Pak Agus
mendapat tugas sebagai wali kelas. Sedang tugas mengajarnya disamping pelajaran
bidang studi matematika juga PMP atau sekarang PPKn atau kewarganegaraan. Untuk
pelajaran Matematika Beliaunya sudah menguasai dan terampil karena telah
berpengalaman beberapa tahun sebelumnya. Sayang untuk pelajaran PMP Beliaunya
kurang begitu menarik-sebenarnya mau menolak- karena disamping baru juga
begitu-begitu saja dalam pengajarannya. Kami harus memberikan keyakinan
kepadanya bahwa justru di PMP memiliki peluang yang besar dalam memberikankan
nilai-nilai pendidikan. Baik nilai-nilai sebagai warga sekolah, warga
masyarakat dan warga negara. Nilai-nilai tersebut bersumber dari Yang Maha
Pencipta, Allah subhanahuwata’ala. Seorang guru haruslah mampu menghubungkan materi
pelajaran dengan Tuhan atau agama. Tanpa mengkaitkan ke arah ini maka akan
sia-sia saja. Hanyalah fatamorgana!
Selanjutnya dengan berjalannya waktu, Pak Agus
telah menemukan pola pengajaran PMP yang lebih menarik. Bukan hanya
mengutamakan ceramah dan nasehat yang menunjukan pola komunikasi satu arah,
tapi juga melakukan variasi metoda yang sesuai dengan pokok bahasan atau tema
saat itu. Bisa simulasi, bermain peran, demonstrasi, pengamatan lapangan dan
lainya. Metoda-metoda tersebut membantu dalam membangun nilai-nilai pendidikan
dan nilai-nilai agama. Nilai yang menjadi ruh dari mata pelajaran. Selanjutnya
melalui mata pelajaran murid-murid perolehan ilmu pengetahuan yang mencerdaskan.
Kecerdasannya akan kokoh dan bernilai manfaat tinggi di dunia dan akherat jika ditopang
nilai-nilai di atas.
Guru berkembang-tidak jumut-adalah guru yang
memiliki kemampuan renewal dalam
pengajaran maupun dalam pendidikan. Gatal rasanya tidak ada hal baru, tidak ada
perbaikan dan tidak ada peningkatan. Intinya adalah perubahan. Bagi yang tidak
terbiasa sungguh tidak nyaman bahkan menyakitkan. Dan cara terbaik agar para
guru menjadi guru yang berkembang dengan mengubah mindset atau paradigmanya
dulu. Apabila mindset sudah benar baru diberi tantangan agar terjadi
kapitasisasi kemampuan dan keterampilan. Selanjutnya diberikan amanah di atas
standar apakah mampu menyelesaikan ataukah tidak. Dengan berjalannya waktu akan
terbukti siapa guru yang mampu berkembang dan siapa guru yang tidak mampu? Semoga
kita termasuk guru-guru yang upgradeble untuk menyiapkan generasi masa
depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar