Biasanya orang menggunakan kata memburu untuk
mencari binatang(hewan buruan) di hutan. Menurut arti katanya: memburu adalah mengejar atau menangkap,
mengejar untuk menangkap binatang di hutan dan berusaha keras untuk mendapatkan(uang,
pangkat, dsb).(www.arti kata.com) Penggunaan kata memburu disini lebih
terasa nendang dibandingkan menggunakan
kata mencari. Ada semangat yang lebih keras agar ilmu yang diburu duit yang
diburu bukan hanya angan-angan saja.
Untuk meluruskan niat dan menegakan
syareat keduanya-memburu ilmu dan memburu duit- ditempatkan pada bingkai yang
benar. Bingkai yang mampu menyelamatkan “si Pemburu” dari jalan kehancuran
lahir maupun batin. Jalan keselamatan tersebut– agar tidak mendapatkan kehancuran-
adalah jalan yang sudah Pencipta
tunjukan. Sehingga doa yang Rasul contohkan agar umat juga membiasakan doa ‘untuk
diberikan kebaikan dunia dan kebaikan akherat serta dijaga dari api neraka’mampu
diraih.
ilmu
Ada nasehat dari Imam Syafi’i:
- Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat.
- Alangkah bodohnya jika kamu mendapatkan kijang(binatang buruan), namun kamu tidak mengikatnya hingga akhirnya binatang buruan itu lepas di tengah-tengah manusia.
Allah juga
ber-Firman dalam surat Mujadilah:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.QS.58.11
Dalam
pencarian ilmu tidak boleh berhenti pada pikiran saja, hendaknya masul di hati
dan diwujudkan dalam perbuatan agar menjadi amal shaleh. Orang-orang yang
seperti itu tergolong sebagai Ulil Albab.
Duit
Allah
menasehati untuk urusan dunia:
Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.QS.28.77
Dan tiadalah
kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka[468].
Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?QS.6.32
Banyaknya
harta tidak menjadikan lupa kepada Allah untuk semakin memperbanyak bersyukur,
beribadah dan berinfak.
Belajar dari Umar bin Khattab
Abdullah bin Umar ra berkata,
“Pada suatu hari ayah ku keluar meninjau kebun kurmanya, ketika tiba di dalam
kota Madhinah, beliau melihat orang-orang sudah selesai shalat Ashar. Melihat
para sahabatnya telah selesai shalat berjamaah Ashar, beliau sangat menyesal
dan berkata, “Innaa lillahi wa innaa ilaihi roji’un,…aku terlambat sholat ashar
berjamaah lantaran kebun kurma itu, Ya Allah, saksikanlah, kebun kurma itu aku
sedekahkan kepada para fakir miskin sebagai kifarat atas kealpaan yang telah
kulakukan…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar