Sering kali orang tua atau guru yang belum
pernah memahami tentang emosi, maka mereka akan kesulitan membimbingnya. Terutama dalam pelayanan belajar anak.
Ketidakmengenalan orang tua atau guru terhadap anak akan menimbulkan
kesalahpahaman. Pada akhirnya anak menjadi frustasi dan atau bersikap
destruktif pada lingkungan sekitar.
Ada seorang anak yang
sebut saja namanya Ekky. Setiap hari sering mendapat marah dari gurunya karena
selalu saja mengganggu temannya atau membuat gaduh. Apakah memukul temannya ,
atau menarik-narik meja kursi, atau juga melempar alat tulis. Sehingga anak
yang terganggu teriak-teriak, menangis, dan mengeluh kepada gurunya. Sehingga
banyak guru yang kurang senang mengajar di kelas ini.
Berikut beberapa
keterampilan yang perlu dikembangkan oleh guru dan orang tua:
a.
Melalui
gambar dalam buku-buku yang dipakai untuk menggali emosi anak. Seperti
buku-buku cerita bergambar yang mengekspresikan emosi.
b.
Bermain
karakter emosi. Caranya dengan
menuliskan berbagai karakter dengan gambar. Kemudian di letakkan dalam sebuah
kotak atau tas. Beberapa anak ditunjuk untuk mengambil 1 karakter dan diperagakan
di depan kelas. Anak yang lain menebaknya apakah sesuai atau tidak.
c.
Menyatakan
apa yang dirasakan anak. Ketika anak dalam kondisi tertentu anak diminta untuk
menyatakan sesuatu yang menggambarkan perasaannya seperti perasaan marah dan
sedih.
d.
Bermain peran
dengan murid. Ada 2 anak yang ditunjuk untuk memerankan suatu situasi sesuai
ekspresi yang diminta dalam skenario. Kemudian ditunjuk 1-2 anak untuk berbicara dan berkomentar tentang bermain peran temannya.
e.
Berbicara
dengan menunjukkan bahasa tubuh dan pesan yang disampaikan.
f.
Guru atau
orang tua harus mengajarkan bahasa tubuh
sesuai pesan yang disampaikan.
g.
Guru dan ortu
mengajarkan emosi pertama dan cara mengenalinya yaitu marah. Emosi yang lainya
seperti sedih, cemburu, terkejut dan malu.
h.
Mengajari
murid bagaimana ber-empati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar