Bulan haji dan bulan Nopember identik dengan nilai Kepahlawanan.
Kata kepahlawan mengingatkan seseorang akan peperangan. Namun bukan itu yang dimaksud
di sini. Sungguh dalam makna dibalik kata “Pahlawan” itu sendiri. Orang akan
tersanjung ketika disebut you are my hero.
Dalam beberapa contoh kisah para nabi, sahabat, para pendiri bangsa, dan
pejuang negeri ini. Makna kepahlawanan lebih mengerucut kepada rela berkorban
dengan tulus ikhlas. Yaitu berkorban untuk kepentingan orang lain, bangsa(negara)
dan agama.
Nilai-nilai yang terkandung dalam kepahlawanan saat ini
mulai memudar. Dari anak-anak hingga orang dewasa sering menyuguhkan
nilai-nilai yang kontras dengan nilai kepahlawanan. Tawuran antar pelajar, tawuran
antar mahasiswa, dan tawuran antar kampung menunjukkan nilai itu kian jauh.
Padahal sebagai bangsa besar dan ber-Bhineka Tunggal Ika, nilai-nilai
kepahlawanan di negeri ini harus terus dipupuk dan digelorakan. Agar generasi
Indonesia mendatang menjadi generasi yang bermartabat.
Para orangtua dan guru sama-sama memiliki tanggungjawab
dalam mentransfer dan mencontohkan nilai kepahlawanan pada diri anak. Karena
anak akan lebih mudah melakukan dalam kehidupan sehari-hari bila ada contoh
nyata dari orang dewasa. Mulai dari hal-hal kecil di lingkungan keluarga dan
kelas hingga lingkungan masyarakat luas.
Bulan Dzulhijah dan bulan Nopember tahun ini menjadi momen
yang penting untuk menunjukkan kepada anak-anak, bahwa nilai rela berkorban
haruslah terus ditumbuhkan pada setiap diri. Baik di antara anggota keluarga,
saudara, tetangga, dan di lingkungan masyarakat. Seperti menyingkir duri di jalan dan menyembelih binatang kurban
untuk fakir miskin merupakan ajaran rela berkorban yang Rasulullah
contohkan.
Semoga kita, para orangtua dan guru dimudahkan Allah SWT
dalam upaya menumbuhkan nila rela berkurban. Yaitu mulai dari penanaman, pencontohan, dan pembiasaan dalam
melahirkan sikap rela berkorban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar